SELAMAT DATANG DI BLOG PENAMBANG ILMU

Jumat, 09 April 2010

Gambaran Umum Kondisi Daerah di Kabupaten Jember

A.Kondisi Geografis

Kabupaten Jember terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Timur. Lokasinya sangat strategis, karena dilalui jalan arteri primer Surabaya – Banyuwangi. Kabupaten Jember berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo di sebelah utara, Kabupaten Lumajang di sebelah barat, Kabupaten Banyuwangi di sebelah timur, dan di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, yang terdapat Pulau Nusa Barong. Luas wilayah Kabupaten Jember 3.293,34 Km2, dengan karakter topografi berbukit hingga pegunungan di sisi utara dan timur serta dataran subur yang luas ke arah selatan.
Secara administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan terdiri atas 28 kecamatan dengan 225 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Tempurejo dengan luas 524,46 Km2 atau 15,9% dari total luas wilayah Kabupaten Jember. Kecamatan yang terkecil adalah Kaliwates, seluas 24,94 Km2 atau 0,76%.
Kawasan lindung di Kabupaten Jember terdiri atas : (1) Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya yang berada di bagian timur; (2) Kawasan perlindungan setempat yang berada di sempadan pantai selatan Jember (100 m), sempadan sungai/kali di seluruh Jember, kawasan sekitar waduk, dan kawasan sekitar mata air; (3) Kawasan suaka alam berada di Wisata Pantai Watu Ulo, Gunung Watangan, Taman Nasional Meru Betiri dan Pegunungan Hyang; (4) Kawasan cagar budaya di Kecamatan Arjasa; (5) Kawasan rawan bencana alam karena erosi tinggi berada di Kecamatan Arjasa, Patrang, Sumberjambe, Mumbulsari, Kencong dan Wuluhan, dan kawasan rawan bencana alam karena hutan rusak berada di Kecamatan Silo dan Mumbulsari.
Kawasan budidaya terdiri dari : (1) Pertanian Tanaman Pangan berada di seluruh kawasan kecuali pusat kota; (2) Perkebunan berada di lereng Gunung Argopuro dengan komoditi teh, kopi, kakao, karet; lereng Gunung Raung dengan komoditi kopi dan tembakau; kawasan tengah hingga selatan dengan komoditi tembakau, tebu dan kelapa; (3) Perikanan laut terdapat di Kecamatan Gumukmas, Puger, Ambulu, Wuluhan dan Kencong; perikanan darat terdapat di Kecamatan Rambipuji, Kalisat dan Bangsalsari; (4) Pertambangan/Galian C berada di Kecamatan Puger, Pakusari, Sumbersari, Kalisat, Wuluhan, Arjasa, Ledokombo dan Rambipuji; (5) Hutan Produksi berada di kawasan perbatasan dengan Bondowoso dan Banyuwangi; (6) Industri kecil tersebar di setiap kecamatan, industri manufaktur berada di Kecamatan Rambipuji, Panti, Balung, Jenggawah, Sumbersari dan Arjasa; (7) Permukiman berada di Kawasan Pusat Kota dan setiap ibukota kecamatan.

B.Perekonomian Daerah

Perkembangan kondisi sosial ekonomi di Kabupaten Jember dapat dilihat melalui beberapa indikator makro ekonomi. Rata-rata pertumbuhan product domestic regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan meningkat sebesar 3,83%. Pada tahun 2000 PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp 2.136.985.250.000,00 dan tahun 2003 sebesar Rp 2.482.648.890.000,00. Kondisi ini menggambarkan terjadi peningkatan sebesar 16,17%. Dengan jumlah penduduk tahun 2003 sejumlah 2.131.289 jiwa, maka besarnya PDRB per kapita sebesar Rp 1.164.857,93. Laju inflasi selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun sebesar 5,53%. Inflasi tertinggi tercatat pada tahun 2001 sebesar 13,92%, dan inflasi terendah pada tahun 2003 sebesar 5,20%.
Kondisi tersebut jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2004, maka Kabupaten Jember berada pada Kuadran IV, artinya pada kelompok PDRB per kapita rendah dan pertumbuhan ekonominya rendah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan peningkatan rata-rata 20,17%, tertinggi terjadi pada periode 2000 – 2001 sebesar 35,77% atau dari sebesar Rp 16,981 milyar menjadi Rp. 26,437 milyar. Dana perimbangan mengalami peningkatan rata-rata 19,05%. Posisi dana perimbangan tahun 2000 menunjukkan angka Rp 185.754,48 milyar dan pada tahun 2004 sebesar Rp 538.109,66 milyar.
Dana simpanan masyarakat selama 5 (lima) tahun terakhir meningkat rata-rata sebesar 8,78%, posisi kredit umum mengalami peningkatan 27,43%, dan posisi kredit usaha kecil menengah juga terjadi peningkatan sebesar 21,92%. Pada tahun 2004, posisi kredit umum Rp 1,507 trilyun dan posisi kredit UKM sebesar Rp 593,65 milyar.

C.Sosial Budaya Daerah

Kabupaten Jember merupakan daerah yang tidak memiliki akar budaya daerah asli karena penduduk Kabupaten Jember adalah pendatang yang mayoritas berasal dari suku Jawa dan Madura. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Jawa dan Madura. Masyarakat Madura lebih banyak menetap di bagian utara daerah Jember, sedangkan masyarakat Jawa lebih banyak menetap di bagian selatan daerah Jember. Kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Jember merupakan perpaduan budaya Jawa dan Madura.
Agama yang dianut mayoritas Islam, yang ditandai dengan berkembangnya pusat-pusat keagamaan khususnya pesantren. Kehidupan beragama pada sebagian masyarakat baru mencapai tataran simbol-simbol keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat substansial. Dengan demikian, keterlibatan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat khususnya pesantren menjadi sangat penting dalam upaya mengatasi permasalahan dalam masyarakat.

D.Sosial Ekonomi Daerah

Hasil pemetaan penduduk miskin yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik tahun 2001 menggambarkan bahwa kondisi penyebaran penduduk miskin berhubungan erat dengan lokasi tempat tinggal dan pengetahuan tentang keterampilan bertani-berkebun. Pemetaan tersebut terbagi dalam 4 (empat) wilayah: (1) bagian utara ke timur merupakan daerah perbukitan kaki lereng pegunungan dengan variasi dataran untuk persawahan, (2) bagian tengah merupakan kecamatan kota tempat pusat bisnis atau administrasi, (3) bagian barat ke utara merupakan daerah dataran perkebunan tebu hingga lereng kaki pegunungan untuk perkebunan kakao dan kopi serta karet, (4) bagian barat ke selatan merupakan dataran untuk pertanian sampai pesisir yang didiami penduduk bermatapencaharian nelayan. (lihat tabel-tabel berikut)
E.Pendidikan dan Kesehatan
Di bidang pendidikan masih menyisakan 22.827 orang buta huruf dari kelompok usia produktif umur 15 – 44 tahun. 15,83% dari total siswa setingkat Sekolah Dasar tidak melanjutkan sekolah karena berbagai alasan, utamanya alasan ekonomi. Ketuntasan wajib belajar 9 tahun hanya mencapai 69,82%, artinya masih 30,18% dari seluruh penduduk, berpendidikan kurang dari kesetaraan Tingkat Lanjutan Pertama.
Di bidang kesehatan masih adanya ibu bersalin / ibu nifas yang meninggal dunia merupakan permasalahan kesehatan yang perlu mendapatkan tindak lanjut. Pada tahun 2004 angka kematian ibu bersalin 70 per 100.000 kelahiran hidup atau 28 ibu dari 35.420 ibu yang melahirkan. Di samping itu pencegahan dan pemberantasan penyakit seperti penyakit infeksi, menular dan penyakit sebagai akibat perilaku yang tidak sehat perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
F.Prasarana dan Sarana Daerah
Secara umum, prasarana dan sarana umum khususnya di perdesaan dalam kondisi kurang memadai dan memerlukan perhatian serius. Hal ini ditandai dengan menurunnya fasilitas pendidikan, kurangnya fasilitas layanan kesehatan, rusaknya jalan dan jembatan, kurang terpeliharanya jaringan irigasi, dan sarana prasarana dasar lainnya sehingga menjadi kendala bagi masyarakat untuk memperoleh akses layanan.
Ketersediaan sarana dan prasarana bidang pendidikan tahun 2004 sebagai berikut : Taman Kanak-kanak 676 buah, SD/sederajat 1.168 buah, SMP/sederajat 143 buah, SMA/sederajat 140 buah dan Perguruan Tinggi 11 buah. Khusus SD Negeri terjadi penurunan sebagai akibat kebijakan regrouping, dari 1.211 pada tahun 2000 menjadi 1.112 pada tahun 2004, atau turun sebesar 8,18 %.
Ketersediaan sarana dan prasarana di bidang kesehatan tahun 2004 sebagai berikut : Rumah Sakit Umum 7 buah, Rumah Sakit Khusus Paru-Paru 1 buah, Rumah Sakit Bersalin 6 buah, Puskesmas 49 buah, Puskesmas Pembantu 131 buah, Puskesmas Keliling 28 buah, dan didukung oleh keberadaan Laboratorium 6 buah, Posyandu 2.755 buah. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai Upaya Kesehatan Masyarakat yang tersebar di seluruh kecamatan, kondisi fisik perlu mendapat perhatian karena dari 49 Puskesmas yang ada, 3 Puskesmas (7%) rusak berat, 27 Puskesmas (55%) rusak ringan dan 19 Puskesmas (38%) dalam kondisi baik. Kondisi Puskesmas Pembantu dari sejumlah 131 buah, terdapat 45 buah (34%) dalam kondisi baik, 56 buah (43%) rusak ringan, dan 30 buah (23%) rusak berat.
Bidang perhubungan darat, selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami penambahan panjang jalan, dari 1.527,731 km tahun 2000 menjadi 1.922,190 km tahun 2004, dengan rincian jalan negara 80,69 km, jalan provinsi 178,50 km dan jalan kabupaten 1.663,00 km. Khusus untuk jalan Kabupaten, kondisi baik 542,52 km (32,62%), kondisi sedang 553,19 km (33,27%), kondisi rusak ringan 120,43 (7,24%), dan kondisi rusak berat 446,86 km (26,87%). Kerusakan jalan disebabkan oleh kualitas konstruksi yang belum memenuhi standar, minimnya alokasi biaya perawatan dan kurangnya pengawasan terhadap pembebanan berlebih (excessive over loading).
Populasi penduduk di wilayah kota tahun 2004 sebanyak 434.431 jiwa dengan kebutuhan rumah sebanyak 109.350 unit, terjadi backlog (kekurangan rumah) sebanyak 1.172 unit. Apabila diproyeksikan hingga tahun 2010 kebutuhan rumah mencapai 112.279 unit dengan backlog sebanyak 4.101 unit (RSH 1,025 unit dan RS 3.076 unit).
Di bidang air bersih, jumlah pelanggan PDAM sampai dengan bulan Agustus 2005 sebanyak 22.450 sambungan rumah (SR), yang terdiri dari 16.960 SR di wilayah kota dan 5.490 SR di luar kota. Apabila dibandingkan dengan cakupan wilayah jaringan maka persentase penduduk yang terlayani di wilayah kota sebesar 72,85% dan di luar kota 10,36%. Dengan demikian, pelayanan air bersih terhadap penduduk masih perlu ditingkatkan.
Di bidang pengairan, pada tahun 2004 prasarana yang ada meliputi : bendungan gerak 3 buah, bendungan tetap 245 buah, saluran primer 80.789 meter, saluran sekunder 498.911 meter, saluran tersier 59.530 meter, bangunan talang 48 buah, bangunan terjun 163 buah, gorong-gorong 318 meter, bangunan bagi 419 buah, bangunan sadap 911 buah, pelimpah 72 buah, saluran pembuang 739.544 meter, saluran suplessi 13.653 meter dan stasiun penakar hujan 77 buah.

G.Pemerintahan Umum
Kebijakan bidang pelayanan pemerintahan umum masih terpusat di Pemerintah Kabupaten dan belum terdistribusikan ke tingkat kecamatan. Kebijakan ini membawa konsekuensi kurang optimalnya fungsi pemerintah kecamatan dan kelurahan/desa. Hal ini menjadi kendala bagi masyarakat yang jauh dari pusat pemerintahan kabupaten dalam mengakses layanan, mengingat interaksi langsung masyarakat dengan pemerintah justru berada pada level pemerintahan yang paling bawah.
Terpusatnya layanan pemerintah kabupaten menimbulkan keengganan masyarakat dalam mengakses layanan, terutama yang berkaitan dengan regulasi. Hal ini misalnya nampak dari layanan catatan sipil yang meliputi akte kelahiran, perkawinan, kematian dan perceraian. Berdasarkan akte kelahiran yang diterbitkan, maka perkembangan selama 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan angka penurunan, tahun 2001 sebanyak 20.479 akte dan tahun 2004 sebanyak 15.593 akte. Layanan akte perkawinan pada tahun 2001 sebanyak 203 akte dan tahun 2004 sebanyak 198 akte. Akte kematian yang diterbitkan, tahun 2001 sebanyak 97 akte dan tahun 2004 sebanyak 69 akte, sedangkan akte perceraian tahun 2001 sebanyak 6 akte dan tahun 2004 sebanyak 7 akte.
Dalam hal ketenteraman dan ketertiban umum, terpusatnya layanan pemerintah kabupaten dapat dilihat dari proporsi penyebaran personil Satuan Polisi Pamong Praja. Berdasarkan data terakhir, jumlah Personil Polisi Pamong Praja sebanyak 270 orang, yang terdiri dari 146 orang ditempatkan di pusat pemerintahan kabupaten dan sebanyak 124 orang tersebar di 31 kantor kecamatan. Hal ini tentu tidak sebanding dengan tuntutan akan peran pemerintah kecamatan yang responsif terhadap gangguan ketenteraman dan ketertiban umum seperti teror, unjuk rasa, konflik dan tindakan anarkhis yang mungkin muncul di wilayah kecamatan.

DAFTAR RUJUKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember Tahun 2005 – 2010.

Rabu, 07 April 2010

Konsep Geografi Kota

Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari kota selalu Nampak sibuk. Warga kota yang menjadi enghuni kota memerlukan tempat berteduh, bekerja, tempat bergaul, dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu kita dapat melihat beberapa aspek kehidupan di kota diantaranya aspek social, budaya, ekonomi, aspek pemerintahan dan sebagainya.
Menurut Bintarto:”Dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu system jaringan kehidupan manusia yang di tandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan di warnai dengan strata social-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula di artikan sebagai bentang budaya yang di timbulkan oleh unsure-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis di bandingkan dengan daerah belakangnya.”
Dari fakta, kota merupakan tempat bermukim warga kota , tempat bekerja, tempat hidup, dan tempat rekreasi. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota harus di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk waktu yang selama mungkin.
Istilah kota dan daerah perkotaan di bedakan di sini karena ada dua pengertian yaitu: kota untuk city dan daerah perkotaan untuk ‘urban’. Istilah city di identikkan dengan kota, sedangjan urban berupa daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dapat di sebut sebagai daerah perkotaan.
Penggolongan kota dapat di dasarkan pada fungsi, struktur mata pencaharian, tipe masyarakat, jumlah penduduknya, besar-kecilnya daerah permukiman dan sebagainya. Jadi penggolongan kota ini dapat dilihat dari segi ekonomi, segi sosiologi, segi demografi, dan segi geografis yang abstrak.
Struktur Kota
Dari segi geografis, studi tentang kota adalah penting dan menarik, karena dalam disiplin ini di perhatikan mengenai halihwal lokasi kota, kedudukan kota, hubungan kota dengan daerah di sekitarnya (location, site and situation). System zoning dan perubahan-perubahan yang timbul, perkembangan kota dan masalah-masalah yang di hadapinya. Menurut Freeman (1958), dikatakan bahwa:”planning has an inescapable basic”. Dengan pernyataan ini maka geografi akan banyak membantu di bidang perencanaan kota . mengenai hal ini dapat di baca buku-buku seperti Geography and Planning karangan Freeman, Urban Regional and Planning karangan Brian J. Loughlin (1970).
Ekspresi demografi dapat di temui di kota-kota besar. Kota-kota sebagai pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan pusat jasa lainnya menjadi daya tarik bagi penduduk di luar kota. Banyak penduduk dari luar kota hilir mudik ke kota untuk keperluan berdagang atau keperluan lain yang berhubungan dengan pekerjaannya sehari-hari.
Struktur penduduk kota dari segi umur menunjukkan bahwa mereka lebih banyak tergolong dala umur produktif. Kemungkinan besar adalah bahwa mereka yang berumur lebih dari 65 tahun atau mereka yang sudah pension lebih menyukai kehidupan dan suasana yang lebih tenang. Sussana ini terdapat di daerah pedesaan atau ‘suburban’. Selain dari pada itu perkembangan yang terjadi di dalam kota terutama dalam inti kotanya menyebabkan daerah tersebut menjadi daerah pusat kerja penduduk yang masih berumur produktif baik di bidang perdagangan, pendidikan dan sebagainya.
Struktur kota dapa di lihat dari jenis-jenis mata pencaharian penduduk atau warga kota. Sudah jelas bahwa jenis mata pencaharian penduduk kota di bidang nonagraris seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang perdagangan, kepegawaian, pengangkutan, dan di bidang jasa serta lain-lainnya. Dengan demikian struktur dari jenis-jenis mata pencaharian akan mengikuti dari suatu kota.
Tanda Pengenal Kota
Tanda pengenal kota terutama di kota-kota yang tergolong kota besar dapat dilihat pada beberapa kenampakan antara lain adalah cirri fisis dan cirri social. Menurut Bintarto dalam bukunya Pengantar Geografi kota, maka beberapa ciri fisis dapat di tunjukkan sebagai berikut:
1)Tempat –tempat untuk pasar dan pertokoan. Pasar merupakan titik point dari suatu kota. Pada waktu dulu pasar merupakan daerah yang terbuka, di mana para petani dan pengrajin membawa barang – barangnya dan melakukan perdagangan secara barter atau tukar barang dengan barang. Kemajuan di bidang transportasi dan di gunakannya system uang, maka system barter ini menjadi system jual-beli. Perkembangan selanjutnya di bidang industry telah mebawa perubahan yang besar untuk pasar ini. Sifat pasar berubah dari daerah terbuka menjadi gedung-gedung pusat perdagangan yang sedikit banyak tertutup, yang menjual belikan hasil bumi dan hasil-hasil industry.
2)Tempat – tempat untuk parkir. Daerah-daerah pusat kegiatan di kota ini dapat hidup karena adanya jalur jalan, alat pegangkutan sebagai wadah arus penyalur barang dan manusia. Kendaraan pengangkut barang maupun orang tidak selalu dalam keadaan bergerak terus, tetapi berhenti di tempat-tempat tertentu.
3)Tempat-tempat rekreasi dan olahraga. Tempat rekreasi dan olahraga dikota ini atau di desa adalah penting bagi manusia. Kita ingat pepatah:”dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” .(mensana Incorporesano)
Demikianlah ciri-ciri pokok tentang suatu kota. Perubahan dan variasi dapa terjadi, karena tidak ada dua kota yang sama benar struktur dan keadaannya. Suatu hal yang perlu di tambahkan sebagai penjelasan ialah pengertian mengenai istilah ‘neighborhood’. Dalam pengertian tersebut terkandung unsur-unsur fisis dan social, karena unsure-unsur tersebut terjalin menjadi satu unit yang merupakan satu unit tata kehidupan kota. Unsur – unsurnya antara lain: gedung sekolah, bangunan pertokoan, pasar, daerah-daerah terbuka untuk rekreasi , rel kereta api dan jalan mobil serta sebagainya. Unsur-unsur tersebut menimbulkan kegiatan dan kesibukan dalam kehidupan sehari-hari, jadi sesungguhnya ‘neighborhood’ ini sudah tidak lagi menjadi hal baru bagi kita.
Pemekaran Fisik Kota
Di kota kota yang sudah maju, kota tidak hanya luas secara meb\ndatar tetapi juga menegak. Gedung-gedung bertingkat merupakan cirri khas untuk kota yang modern. Masalah-masalah yang di timbulkan sebagai akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan, masalah sampah, masalah di bidang kelalulintasan, masalah kekurangan gedung sekolah, masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administrative pemerintahan. Masalah-masalah yang banyak ini kemudian mendesak para perencana dan pengatur kota untuk segera dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah yang bersifat fisis ini ternyata juga bersangkut-paut dengan masalah social-ekonomi.
Kurangnya daya tampung perumahan bagi penduduk berpenghasilan kecil atau minim dan bagi para penganggur dari luar kota dapat memperluas daerah alam dan menambah jumlah orang yang di sebut para “gelandangan”. Kemudian timbul dari keadaaan tersebut di atas berbagai bentuk kriminalitas dan polusi yang sangat mengganggu ketenangan kota. Denga demikian dampak bahwa gejala-gejala fisik, social, ekonomi yang negative ini di timbulkan karena masih berkurangnya daya tampung kota.
Untuk mengatasi berbagai masalah yang di timbilkan oleh pemekaran kota, peranan aparatur kota sangat mennetukan keberhasilan program-program pembangunannya.
Sumber penyebab terjadinya pencemaran lingkungan yang terjadi di daerah kota ternyata tidak dapat lepas dari akibat adanya perkembangan kota dan kemajuan teknologi. Aktivitas manusia dengan teknologi sederhana, tradisional, ataupun teknologi pada jenis yang maju telah banyak menggoyahkan lingkungan dalam arti negative, karena kurangnya kesadaran dab kurangnya perhitungan manusia dalam memanfaatkan teknologi tersebut.
Masalah pencemaran lingkungan hidup di kota tidak kalah pentingnya dengan masalah social dan ekonomi untuk dapat di perhatikan secara serius. Hal ini mengingat bahwa, (1) ketenangan penduduk atau warga kota semakin menurun akibat pencemaran fisis, seperti pencemaran air, udara, dan suara.
Degradasi lingkungan atau pencemaran lingkungan yang terjadi di kota tidak hanya bersifat fisis, tetapi juga bersifat social, seperti rasa jenuh, rasa kesal, rasa “jijik” untuk tinggal di suatu tempat. Oleh karena itu, penyelesaiannya sebaiknya di dekati dengan menggunakan pendekatan manusiawi atau human “approach”.
Keadaan yang semakin memburuk ini harus dapat di cegah agar tidak berlarut-larut seperti yang di nyatakan oleh Ray, M. Northam sebagai berikut: “Solutions to physical problems of environmental degradation in the city are essential to survival of the population; solutions to societal problem of environment degradation are essential to enhancement of livability for the population”. Terutama pada kota-kota metropolitan gejala-gejala pencemaran lingkungan hidup kota harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh karena beberapa kota metropolitan “livability” nya telah di sinyalir telah berada di bawah garis atau tingkat minimal, sebagai akibat dari pengrusakan lingkungan hidup kota.
Kota Sebagai Lingkungan hidup
Kota, seperti apa yang di lihat sekarang secara sepintas merupakan pusat berbagai kegiatan dari suatu wilayah tertentu, antara lain: pusat pengelompokan penduduk, pusat kegiatan ekonomi, kegiatan budaya, kegiatan politik, dan sebagainya. Kota adalah hasil dari suatu proses pertumbuhan, ekonomi, social, budaya, sejarah, dan geografis. Ruang, waktu, dan potensi sangat menentukan terjadinya perkembangan atau pemekaran kota. Potensi kemudahan yang di maksud di sini adalah “site” dan situation” yang di miliki oleh setiap kota.
“site” merupakan kedudukan fisikal (physical setting) untuk suatu tempat, misalnya: kota di perbukitan, kota sungai, kota di pelabuhan, kota di padang pasir, dan sebgainya. Site yang dimiliki suatu tempat atau kota berbeda-beda dan perbedaan ini mengakibatkan perbedaan corak, sifat, dan perkembangan kotanya. Bandingkan saja perkembangan kota pelabuhan dengan kota pegunungan, perbedaannya tidak hanya di lihat pada pola dan struktur kota saja, melainkan dapa di lihat dari sifat dan kebudayaan penghuninya. Jadi, site walaupun nampaknya sebgai suatu wujud yang fisikal tetapi ternyata mempunyai pengaruh yang tidak Nampak langsung terhadap proses perkembangan kota.
“Situation”, dapat di artikan sebagai posisi geografi dari suatu tempat. Dalam hal ini, bagaimana hubungan kota itu dengan daerah belakangnya (hinterland) dan bagaimana pula hubungannya dengan kota-kota lain di sekitarnya? Selain itu juga di perhatikan bagaimana lokasi kota tersebut di dalam “network”, seperti jaringan perdagangan, jaringan jalan, jaringan social, dan sebagainya. Lingkungan ini lebuh hidup dari pada lingkungan yang di timbulkan oleh “site”.
Degradasi Lingkungan Hidup Kota
Kemunduran lingkungan hidup yang juga di kenal dengan istilah”urban environment degradation” pada saat ini telah meluas dari berbagai kota dunia dan kota di Indonesia sudah nampak ada gejala yang membahayakan.
Kemundurn atau kerusakan lingkungan hidup dapat di lihat dari dua segi: (1) dari segi fisis yaitu gangguan yang di timbulkan dari unsur-unsur alam seperti air yang sudah tercemar dan udara yang telah tercemar pula. Tercemarnya air dan udara ini menyebabkan gangguan kesehatan dan juga mematikan penduduk kota. Degradasi jenis ini dapat di golongkan dalam degradasi lingkungan yang bersifat fisis atau “ environmental degradation of physical nature”. (2) dari segi masyarakat atau social yaitu gangguan yang di timbulkan oleh manusia sendiri dan dapat menimbulkan kehidupan yang tidak tenang dan tidak tentram. Degradasi jenis ini di sebut degradasi lingkungan yang bersifat social atau “environmental degradation of societal nature”.
Urbanisasi yang juga menjadi salah satu penyebabnya; urbanisasi yang di timbulkan oleh industrialisasi yang berkkembang di kota, mengakibatkan kegiatan tersier di daerah perkotaan meningkat, terutama di bidang perdagangan dan pelayanan industri.
Dengan makin meningkatnya kerusakan lingkungan hidup kota, maka di beberapa kota sudah nampak “daya dukung” hidup kota sudah mencapai batas minimal;, sehingga keadaan ini dapat mengurangi ketenangan dan kesenangan hidup peduduknya.
Kemajuan teknologi telah menimbulkan masalah dan tentunya di harapkan teknologi juga dapat mengatasi masalah yang di timbulkan tersebut. Kota yang pada permulaanya banyak menarik penduduk, saat ini nampaknya akan banyak di tinggalkan penduduk kota. Apakah urbanisasi akan menurunkan popularitasnya dan menjadi gerakan penduduk yang terbalik yaitu “ruralisai”? gejala ini mungkin terjadi, karena beberapa proses pemekaran kota sudah meunjukkan arahnya yaitu menuju ke daerah pinggiran kota yang termasuk wilayah desa. Gejala ini tentunya akan menmbulkan masalah di daerah tepian kota, terutama masalah lahan dan penggunaannya. Beberapa tulisan atas dasar penelitian geografi telah menunjukkan kenyataannya di sekitar kotya madya Yogyakarta.

Senin, 05 April 2010

Pemasyarakatan Peran Geografi

setiap bidang pekerjaan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana peran Geografi di Indonesia.
Secara umum lapangan kerja bagi lulusan Geografi dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
(1) bidang kerja untuk menjaga keberlanjutan eksistensi ilmu Geografi
(2)bidang kerja untuk mendukung pengembangan ilmu Geografi
(3)bidang kerja untuk melaksanakan terapan ilmu Geografi
Di samping itu usaha pengelompokan dapat dilakukan menurut lingkup pekerjaannya seperti pengelolaan lingkungan, pendidikan, SIG dan PJ, kartografi dan perencana, atau menurut institusi kerja seperti perusahaan bisnis atau industri swasta, lembaga pemerintah pusat dan daerah (lokal) , BUMN dan lembaga pendidikan.
Menurut Haggett (2001, p.768) lulusan program studi Geografi di Amerika Serikat paling banyak bekerja pada bidang pengelolaan lingkungan (13%) dan paling sedikit bekerja sebagai perencana (7%) sedangkan berdasarkan institusi kerjanya paling banyak bekerja di perusahaan bisnis/industri swasta (40%) dan paling sedikit bekerja di lembaga pemerintah lokal (10%). Fakta tersebut menunjukkan bahwa sektor swasta di Amerika Serikat memiliki apresiasi paling besar terhadap profesi geograf dibanding sektor lainnya.
Walaupun belum ada penelitian secara lengkap tentang sebaran sarjana Geografi di Indonesia, namun dapat diperkirakan bahwa sekitar 5000 orang lulusan Geografi UI dan UGM tersebar pada semua bidang pekerjaan seperti diuraikan di atas. Secara kualitatif dapat dikemukakan bahwa sebagian besar bekerja pada lembaga pemerintah dan lembaga pendidikan sedangkan paling sedikit bekerja pada lembaga bisnis swasta. Di Samping faktor budaya, faktor lain yang diduga mempengaruhi hal tersebut adalah belum jelasnya selling-point profesi Geografi selama ini. melalui kegiatan lembaga swadaya masyarakat atau individu. Diseminasi hasil penelitian dan pemikiran Geografi melalui berbagai jurnal ilmiah merupakan salah satu cara efektif pemasyarakatan peran Geografi. Organisasi profesi seperti IGI dan IGEGAMA dapat melakukan fungsi sebagai interface untuk memasyarakatkan produk pemikiran akademis Geografi ke dalam lingkungan pemerintah dan swasta.
Keragaman jenis hasil penelitian baik dari segi jumlah dan mutunya serta intensitas komunikasi melalui jaringan masyarakat geografi dapat meningkatkan apresiasi pengguna terhadap peranan Geografi di Indonesia. Di samping itu informasi tentang lapangan kerja dan konsentrasi sebaran lulusan Geografi pada Kegiatan pemasyarakatan peran Geografi dapat dilakukan melalui berbagai cara sesuai kondisi dan dinamika masyarakat, baik jalur formal seperti melalui kegiatan seminar hasil penelitian ilmiah dan penelitian terapan, kegiatan praktis pembangunan wilayah dalam berbagai skala atau jalur non formal antara lain Berdasarkan data proyek penelitian yang dilaksanakan Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT) Departemen Geografi FMIPA UI dan informasi tempat bekerja para lulusan Geografi akhir akhir ini ada indikasi semakin besarnya apresiasi masyarakat swasta terhadap profesi dan keahlian Geografi. Hal ini kemungkinan disebabkan antara lain oleh faktor keahlian teknis SIG dan PJ yang dikuasai lulusan Geografi saat ini. Oleh karena itu faktor yang menjadi “selling-point” tersebut dapat secara efektif dimanfaatkan dalam setiap kegiatan pemasyarakatan peranan Geografi di berbagai lingkungan masyarakat.
Upaya pemasyarakatan peran Geografi perlu dilakukan secara intensif karena adanya kecenderungan penurunan perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap keberadaan pendidikan Geografi di Indonesia. Wacana tentang akan dihapuskannya pelajaran Geografi di sekolah adalah sekedar contoh, walaupun pada akhirnya pemerintah menolak pemikiran tersebut. Contoh lain adalah belum adanya kemauan politik pemerintah untuk menetapkan profesi Geografi sebagai profesi penting sejajar dengan ekonomi, hukum atau teknik.

Etika Berbeda Pendapat

Di saat berbeda pendapat baik dalam suatu majelis atau bukan, sebagai seorang muslim kita berupaya untuk ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu dan juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.

Seorang muslim haruslah mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur’an dan Sunnah. Karena Alloh Subhaanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Kitab) dan Rasul”. (QS: An-Nisa: 59).

Seorang muslim berupaya berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat dengan kita dan tidak menuduh buruk niatnya, mencela dan menganggapnya cacat. Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.

Seorang muslim berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang. Berlapang dada di dalam menerima kritikan yang ditujukan kepada anda atau catatan-catatang yang dialamatkan kepada anda.

Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah. Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah-membantah dan kasar menghadapi lawan.

(Sumber Rujukan: Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari; Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan)

Indahnya Menahan Marah

“Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya.” (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)

Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma’nawiyah (keimananan) seseorang.

Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menyelurusi lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang, dan lapang dada.

Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na’udzubillah.

Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi S.A.W. dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik padamu.” Badwi itu berkata, “Pemberianmu tidak bagus.” Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.

Kemudian, Nabi S.A.W. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik padamu?” Badwi itu berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat.”

Keesokan harinya, Rasulullah S.A.W. bersabda kepada para sahabat, “Nah, kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat.”

Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.

Rasulullah S.A.W. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah S.A.W. tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, beliau S.A.W. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja, unta yang telah mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa digunakan untuk menempuh perjalan jauh.

Adakalanya, Rasulullah S.A.W. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi. Melainkan, karena kehormatan agama Allah.

Rasulullah S.A.W. bersabda, “Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).” (HR. Bukhari)

Sabdanya pula, “Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor.” (HR. Turmudzi).

Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.

Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.

Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.

Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum’ah, dusta, pengadu domba dan lain sebagainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah S.W.T.

Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah S.A.W. bersabda, “Apakah tiada lebih baik saya beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?” Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, “Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau.” (HR. Thabrani).

Sabdanya pula, “Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk).” (HR. Abu Dawud).

Peran Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas

Seorang guru dapat dikatakan telah melakukan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada peserta didik akibat dari kegiatan tersebut. Dampak instruksional dan dampak pengiring bersifat terpadu. Manajemen kelas merupakan proses penanaman disiplin pada siswa. Cara pandang itu adalah pendekatan otoriter. Jika guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar dan melakukan semua yang mereka kehendaki maka guru tersebut menggunakan pendekatan permisif. Pendekatan optimal adalah proses pengembangan lingkungan belajar yang dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan-pembatasan. Keuntungan yang diperoleh guru dan peserta didik, jika belajar dalam kelompok kecil maka:
- Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
- Peserta didik merasa bertanggungjawab
- Guru dapat memantau pekerjaan peserta didik secara langsung

Peran Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran

Proses evaluasi mendapat informasi, mempertimbangkan dan dan membuat keputusan. Jika guru ingin mendapatkan informasi tentang pendapat dan perasaan siswa tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung, maka teknik yang tepat adalah inkuiri. Teknik pengumpulan informasi yang paling obyektif adalah testing. Untuk mengumpulkan informasi tentang pendapat, perasaan, dan minat siswa, instrument yang paling tepat digunakan adalah koesioner. Untuk memperoleh informasi tentang cara siswa mengemukakan suatu pendapat dan cara menganalisisnya, guru sebaiknya membuat ragam soal uraian.Tujuan evaluasi formatif adalah menilai keberhasilan proses mengajar.

Guru sebagai Peneliti

Aspek lain yang penting dalam rangka membangun kualitas guru adalah usaha mewujudkan guru sebagai peneliti. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa guru harus mampu merefleksi diri dan kinerjanya. Melalui usaha ini guru akan mengetahui kekuranganya dan sekaligus mampu memperbaikinya. Lebih lanjut, melalui penelitian yang dilakukan guru, pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pertanyaannya adalah penelitian seperti apa yang cocok dilakukan guru? Jenis penelitian yang tepat digunakan tentu saja adalah penelitian tindakan kelas. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Penelitian ini menitikberatkan kajian atas kegiatan praktis pembelajaran yang dilakukan guru dalam menjalankan tugas keseharianya. Dengan demikian, melalui penelitian ini guru akan secara sadar dan terus menerus melakukan analisis atas kelemahan pembelajaran yang dilaksanakannya serta memperbaiknya dengan melaksanakan berbagai tindakan perbaikan.
Pelaksanaan penelitian di dalam kelas merupakan upaya meningkatkan kualitas pendidik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa mewujudkan guru sebagai penelitian pada dasarnya adalahusaha untuk meningkatkan profesionalisme guru sepajang kariernya. Lebih jauh melalui prosedur penelitian yang dilakukannya, guru dapat mengembangkan pengetahuan professional sehingga diharapkan guru akan mampu membanggun pengetahuannya secara mandiri. Akhirnya diharapkan guru di sekolah akan menjadi kaya dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Sosok guru yang demikian jelaslah merupakan sosok guru yang berkualitas yang akan sangat mendukung terbentuknya pendidikan bermutu.

Cinta Dunia

Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya. (Malik bin Dinar/Hilyatul Auliyaa’)

Mukmin Yang Kuat

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan masing-masing mempunyai kebaikan. Gemarlah kepada hal-hal yang berguna bagimu. Mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah menjadi lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, jangan berkata: Seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu. Tetapi katakanlah: Allah telah mentakdirkan dan terserah Allah dengan apa yang Dia perbuat. Sebab kata-kata seandainya membuat pekerjaan setan.” Riwayat Muslim.

Kedudukan Manusia dalam Geografi dan Adaptasinya

Human geography yang di Indonesia lebih banyak diterjemahkan menjadi geografi social dari pada geografi manusia menggunakan adaptasi lingkungan sebagai perlawanan terhadap nature determinisme yang telah usang ,tetapi yang dengan tak sadar masih juga diikuti orang,termasuk guru geografi. Adaptasi dilakukan baik oleh tetumbuhan ,hewan maupun manusia dengan caranya masing-masing yang khas. Itu sebabnya geografi biologis memecah dirinya menjadi geografi tetumbuhan dan geografi hewan.

Geografi menyajikan pengertian yang bermakna mengenai bumi sebagai habitat manusia. Penelaahan geografi boleh dikatakan mewujudkan cara memandang bumi dengan cara yang khas,yang dasarnya berupa beberapa konsep azasi yang paling bertalian. Adapun jenis konsep itu adalah : penghargaan budayawi oleh bumi,konsep regional,pertalian wilayah,interaksi keruangan,lokalisasi,skala dan konsep tentang perubahan.

ROGER MINSHULL yang dalam bukunya The changing of geography menderetkan pokok-pokok yang perlu dipahami oleh para geograf ,yaitu :

1.Persebaran gejala-gejala di muka bumi.
2.Hubungannya dengan gejala lain di tempat atau wilayah yang bersangkutan.
3.Hubungannya dengan gejala di tempat atau wilayah lain.
4.Efek satu atau lebih gejala atas yang lain.
5.Bervariasinya gejala dari tempat ke tempat.
6.Mengapa gejala ada di tempat tertentu,dan di tempat lain tidak ada.
7.Pembauran gejala spatial.
8.Gerakan gejala yang bertimbal balik.
9.Mengapa gejala munculnya tak teratur.
10.Bentuk jaringan aneka gejala.
11.Kepadatan dan pengelompokan gejala .
12.Lokasi dan lokalisasi gejala.
13.Pembatasan adanya penduduk dan kegiatannya di suatu tempat .
14.Efek dari kegiatan di suatu tempat terhadap tempat lain.

Geografi kependudukan pada dasarnya bersifat kuantitatif,karena sama-sama tergantung dari data statistik . Tetapi keduanya menggunakan pendekatan kualitatif. Para demograf menguji berbagai kualitas fisik,intelektual,dan watak penduduk untuk mengemukakan hubungannya dengan aspek kuantitatif,tetapi para geograf mengusahakan penguraian interelasi antara lingkungan alam dan lingkungan manusia yang rumit.

Yang pertama menelaah berfungsinya secara geografi dunia sebagai keutuhan yang kemudian dibagi lagi atas wilayah makro yang berupa benua,sub-benua dan negara-negara. Adapun yang kedua menelaah organisasi yang bercorak sosio-spatial dari wilayah secara mikro. Sehubungan ini lalu dikenal cabang geografi social yang bernama geografi kota dan geografi pedesaan. Pokok-pokok yang dibicarakan dalam geografi adalah persebaran,perbedaan pertumbuhan penduduk,kepadatan penduduk,kemudian migrasi atau gerakan penduduk.

Pengajaran Geografi di SMA

Antara geografi akademis dan geografi pengajaran terdapat hubungan yang erat mengenai hakekat dari objek studinya. Keduanya memaparkan strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya,ruang dan sumber daya yang ada di dalamnya yang kesemuanya itu terdapat di permukaan bumi.

Setiap guru geografi perlu memahami seluk beluk ilmu geografi khususnya tentang adanya pembagian dua yakni geografi alam dan geografi manusia. Di Indonesia lebih di kenal sebutan geografi alam dan geografi social. Dan geografi social memiliki dua arti.

Tiap-tiap mata pelajaran di sekolah lanjutan membutuhkan guru yang ideal. Adapun syarat untuk menjadi guru geografi yang baik,tak hanya terbatas pada pendidikan yang diikuti sebelumnya yang menghasilkan ijazah yang berwenang bagi yang bersangkutan untuk mengajar. Di samping itu masih diperlukan beberapa keistimewaan pada guru itu sendiri untuk dilatih dan dikembangkan lanjut.

Ada lima tuntutan yang perlu dipenuhi oleh guru geografi yang ideal,yaitu :

1.Harus mempunyai perhatian yang cukup banyak kepada permasalahan manusia.
2.Mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri factor-faktor lokatif,pola regional dan relasi keruangan yang terkandung oleh ataupun tersembunyi di belakang gejala-gejala social.
3.Suka dan mampu mengadakan observasi pribadi di lapangan.
4.Secara sederhana dapat mensintesekan data-data yang berasal dari berbagai sumber.
5.Mampu membedakan serta memisahkan kausalitas yang sungguh,dari hal-hal yang sifatnya hanya kebetulan belaka.

Guru dalam mengajarkan geografi menggunakan didaktik geografi. Ini barulah suatu jalan belaka yang menuju kepada tujuan pengajaran geografi. Yakni menciptakan gambaran geografi pada diri siswa,sebagai suatu aspek dari kedewasaan soaial yang dikejar oleh pengajaran IPS sekarang. Adapun tujuan geografi pengajaran sekarang,mencakup kalimat ini : orientasi ke dalam ruang dan orientasi ke dalam seluruh masyarakat dunia,di mana siswa menjadi anggotanya dan di mana ia kelak sebagai orang dewasa akan memberikan sumbangannya.

Tujuan di atas merupakan pembaharuan terhadap perumusan yang lama yakni yang semula berintikan pada berfikir geografis saja. Sehabis perang dunia II ,UNESCO demi perdamaian dunia memberikan perumusan baru. Pembentukan gambaran mengenai bangsa-bangsa dengan segala perbedaannya antara satu dengan yang lain ,yang berorganisasi dengan berbagai system di permukaan bumi dengan hubungan antar yang saling menjalin. Segalanya itu dapat dilepaskan dari hubungan antara masyarakat bangsa dan latar belakang milieunya masing-masing,serta ikatannya dengan dunia.

Melalui empat macam pengajaran geografi yakni yang bersifat fisis (ilmu falak),social ekonomis dan cultural,guru geografi sebetulnya berusaha menyalurkan lima jenis sumbangan kepada pendidikan,dengan perincian demikian : wawasan dalam ruang,persepsi relasi antar gejala,rasa keindahan,kecintaan tanah air,dan saling pengertian internasional. Kelima jenis sumbangan itu perlu disadari oleh guru ,terlepas dari bentuk ujian mana yang berlaku.

Dalam membahas materi geografi di dalam pengajarannya perlu dipertimbangkan empat hal sebagai berikut :
1.Tujuan pendidikan dan pengajaran yang mengacu pada kepentingan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional dalam GBHN.
2.Unsur kepentingan anak didik dengan memperhatikan tingkat perkembangan jiwa anak didik.
3.Karakteristik yang terkandung dalam ilmu geografi dengan memperhatikan pendekatan dan metodologinya.
4.Seleksi atas materi baku yang esensial dari bidang ilmu geografi sebagai bahan acuan dalam penataan kembali penyusunan program dan materi pengajaran geografi bagi setiap jenjang sekolah

Adapun penjabaran materi geografi di sekolah meliputi aspek hakikat,nilai dan perannya. Hakikat geografi dirumuskan demikian : Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer,dengan sudut pandangan kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional) dalam kontaks keruangan (spatial).

Kemudian dalam mengajarkan geografi kepada para siswa,guru diharapkan menguasai makna dari 10 konsep asasi geografi sebagai ciri khas pengajaran geografi. Sepuluh konsep asasi itu meliputi : lokasi,jarak,keterjangkauan,pola,morfologi,aglomerasi,nilai kegunaan,interaksi dan interdepensi,diferensiasi areal (struktur/distribusi keruangan ),akhirnya proses keruangan (keterkaitan keruangan).

Serba Serbi Geografi

Geografi yang semulanya disebut ilmu bumi, sebagai pengetahuan diajarkan di Perguruan Tinggi dengan sebutan geografi akademis dan di sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas dengan sebutan geografi sekolah atau geografi pengajaran. Sebutan ilmu bumi disebut sekarang kurang tepat; ilmu bumi lebihlah cocok untuk geologi (dari kata Yunani,geos dan logos),yakni suatu pengetahuan alam yang mempelajari bumi seutuhnya,dari quilt luar sampai intinya,tetapi tanpa memperhatikan hubungan bumi secara khusus dengan manusia yang mengetahuinya.

Pengajaran geografi yang diadakan sebenarnya mengandung dua tujuan :

1.Tujuan materiil yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat.
2.Tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta,latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat.

Hal ini semua bertalian erat dengan didaktik dan metodik khusus geografi yang perlu diketahui oleh para guru geografi.

Geografi memandang bumi sebagai habitat manusia yaitu tempat tinggal manusia. Habitat ini terdiri atas bingkai alami (human setting atau cultural setting). Jelas bahwa geografi tak hanya mempelajari aspek alami dari bumi saja akan tetapi juga aspek manusiawi ,baik yang bercorak ekonomis,sosiologis,politis,cultural dan religius. Semua itu dipelajari dengan latar belakang lingkungan alam.

Dapat kita kaji bahwa yang mempengaruhi kehidupan manusia adalah beberapa factor yang mempengaruhi yaitu : relasi ruang (likasi,posisi,bentuk,luas,jarak),relief atau topografi (tinggi rendahnya permukaan bumi),iklim (dengan permusimannya),jenis tanah(kapur,liat,pasir,gambut),flora dan fauna,air tanah dan kondisi pembuangan air,sumber-sumber mineral (barang tambang) dan relasi dengan lautan.Seorang geograf Belanda LAMBOOY (1969),menemukan enam definisi geografi yang membuktikan tersimpannya unsure struktur ,fungsi dan proses itu,sebagai berikut :

1.Geografi itu adalah suatu telaah tentang perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (HARTSHORNE ,geograf Inggris ). Terasa di sini pentingnya suatu proses.
2.Geografi manusia bertugas menelaah gejala di dalam pertalian keruangannya,(SORRE,geograf Perancis). Di sini integrasi diutamakan.
3.Tujuan geografi adalah menemukan pola dan ikatan yang azasi dari berbagai tempat yang bertalian dengan fungsinya,(BERRY,geograf Amerika). Menunjukkan pentingnya struktur yang statis hubungan antar bagian atau organisasi fungsionalnya dan proses yang dinamis.
4.Tugas geografi adalah menyelidiki obyek yang terintegrasi dalam persebaran keruangannya ,(LESZYNSKI, geograf Polandia ).
5.Geografi adalah ilmu tentang lokasi. (BUNGE , geograf Amerika ). Hal ini dihubungkan dengan geografi regional yang tugasnya menglkasifikasikan berbagai lokasi dan geografi teoritis yang tugasnya meramalkan berbagai lokasi.
6.Geografi menelaah ruang serta relasi keruangan. (ULLMANN, geograf Amerika )