setiap bidang pekerjaan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana peran Geografi di Indonesia.
Secara umum lapangan kerja bagi lulusan Geografi dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
(1) bidang kerja untuk menjaga keberlanjutan eksistensi ilmu Geografi
(2)bidang kerja untuk mendukung pengembangan ilmu Geografi
(3)bidang kerja untuk melaksanakan terapan ilmu Geografi
Di samping itu usaha pengelompokan dapat dilakukan menurut lingkup pekerjaannya seperti pengelolaan lingkungan, pendidikan, SIG dan PJ, kartografi dan perencana, atau menurut institusi kerja seperti perusahaan bisnis atau industri swasta, lembaga pemerintah pusat dan daerah (lokal) , BUMN dan lembaga pendidikan.
Menurut Haggett (2001, p.768) lulusan program studi Geografi di Amerika Serikat paling banyak bekerja pada bidang pengelolaan lingkungan (13%) dan paling sedikit bekerja sebagai perencana (7%) sedangkan berdasarkan institusi kerjanya paling banyak bekerja di perusahaan bisnis/industri swasta (40%) dan paling sedikit bekerja di lembaga pemerintah lokal (10%). Fakta tersebut menunjukkan bahwa sektor swasta di Amerika Serikat memiliki apresiasi paling besar terhadap profesi geograf dibanding sektor lainnya.
Walaupun belum ada penelitian secara lengkap tentang sebaran sarjana Geografi di Indonesia, namun dapat diperkirakan bahwa sekitar 5000 orang lulusan Geografi UI dan UGM tersebar pada semua bidang pekerjaan seperti diuraikan di atas. Secara kualitatif dapat dikemukakan bahwa sebagian besar bekerja pada lembaga pemerintah dan lembaga pendidikan sedangkan paling sedikit bekerja pada lembaga bisnis swasta. Di Samping faktor budaya, faktor lain yang diduga mempengaruhi hal tersebut adalah belum jelasnya selling-point profesi Geografi selama ini. melalui kegiatan lembaga swadaya masyarakat atau individu. Diseminasi hasil penelitian dan pemikiran Geografi melalui berbagai jurnal ilmiah merupakan salah satu cara efektif pemasyarakatan peran Geografi. Organisasi profesi seperti IGI dan IGEGAMA dapat melakukan fungsi sebagai interface untuk memasyarakatkan produk pemikiran akademis Geografi ke dalam lingkungan pemerintah dan swasta.
Keragaman jenis hasil penelitian baik dari segi jumlah dan mutunya serta intensitas komunikasi melalui jaringan masyarakat geografi dapat meningkatkan apresiasi pengguna terhadap peranan Geografi di Indonesia. Di samping itu informasi tentang lapangan kerja dan konsentrasi sebaran lulusan Geografi pada Kegiatan pemasyarakatan peran Geografi dapat dilakukan melalui berbagai cara sesuai kondisi dan dinamika masyarakat, baik jalur formal seperti melalui kegiatan seminar hasil penelitian ilmiah dan penelitian terapan, kegiatan praktis pembangunan wilayah dalam berbagai skala atau jalur non formal antara lain Berdasarkan data proyek penelitian yang dilaksanakan Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT) Departemen Geografi FMIPA UI dan informasi tempat bekerja para lulusan Geografi akhir akhir ini ada indikasi semakin besarnya apresiasi masyarakat swasta terhadap profesi dan keahlian Geografi. Hal ini kemungkinan disebabkan antara lain oleh faktor keahlian teknis SIG dan PJ yang dikuasai lulusan Geografi saat ini. Oleh karena itu faktor yang menjadi “selling-point” tersebut dapat secara efektif dimanfaatkan dalam setiap kegiatan pemasyarakatan peranan Geografi di berbagai lingkungan masyarakat.
Upaya pemasyarakatan peran Geografi perlu dilakukan secara intensif karena adanya kecenderungan penurunan perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap keberadaan pendidikan Geografi di Indonesia. Wacana tentang akan dihapuskannya pelajaran Geografi di sekolah adalah sekedar contoh, walaupun pada akhirnya pemerintah menolak pemikiran tersebut. Contoh lain adalah belum adanya kemauan politik pemerintah untuk menetapkan profesi Geografi sebagai profesi penting sejajar dengan ekonomi, hukum atau teknik.
SELAMAT DATANG DI BLOG PENAMBANG ILMU
Senin, 05 April 2010
Etika Berbeda Pendapat
Di saat berbeda pendapat baik dalam suatu majelis atau bukan, sebagai seorang muslim kita berupaya untuk ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu dan juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
Seorang muslim haruslah mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur’an dan Sunnah. Karena Alloh Subhaanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Kitab) dan Rasul”. (QS: An-Nisa: 59).
Seorang muslim berupaya berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat dengan kita dan tidak menuduh buruk niatnya, mencela dan menganggapnya cacat. Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.
Seorang muslim berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang. Berlapang dada di dalam menerima kritikan yang ditujukan kepada anda atau catatan-catatang yang dialamatkan kepada anda.
Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah. Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah-membantah dan kasar menghadapi lawan.
(Sumber Rujukan: Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari; Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan)
Seorang muslim haruslah mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur’an dan Sunnah. Karena Alloh Subhaanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Kitab) dan Rasul”. (QS: An-Nisa: 59).
Seorang muslim berupaya berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat dengan kita dan tidak menuduh buruk niatnya, mencela dan menganggapnya cacat. Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.
Seorang muslim berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang. Berlapang dada di dalam menerima kritikan yang ditujukan kepada anda atau catatan-catatang yang dialamatkan kepada anda.
Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah. Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah-membantah dan kasar menghadapi lawan.
(Sumber Rujukan: Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari; Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan)
Indahnya Menahan Marah
“Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya.” (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)
Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma’nawiyah (keimananan) seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menyelurusi lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang, dan lapang dada.
Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na’udzubillah.
Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi S.A.W. dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik padamu.” Badwi itu berkata, “Pemberianmu tidak bagus.” Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian, Nabi S.A.W. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik padamu?” Badwi itu berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat.”
Keesokan harinya, Rasulullah S.A.W. bersabda kepada para sahabat, “Nah, kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat.”
Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.
Rasulullah S.A.W. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah S.A.W. tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, beliau S.A.W. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja, unta yang telah mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa digunakan untuk menempuh perjalan jauh.
Adakalanya, Rasulullah S.A.W. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi. Melainkan, karena kehormatan agama Allah.
Rasulullah S.A.W. bersabda, “Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).” (HR. Bukhari)
Sabdanya pula, “Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor.” (HR. Turmudzi).
Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.
Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.
Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum’ah, dusta, pengadu domba dan lain sebagainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah S.W.T.
Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah S.A.W. bersabda, “Apakah tiada lebih baik saya beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?” Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, “Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau.” (HR. Thabrani).
Sabdanya pula, “Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk).” (HR. Abu Dawud).
Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma’nawiyah (keimananan) seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menyelurusi lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang, dan lapang dada.
Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na’udzubillah.
Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi S.A.W. dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik padamu.” Badwi itu berkata, “Pemberianmu tidak bagus.” Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian, Nabi S.A.W. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik padamu?” Badwi itu berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat.”
Keesokan harinya, Rasulullah S.A.W. bersabda kepada para sahabat, “Nah, kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat.”
Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.
Rasulullah S.A.W. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah S.A.W. tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, beliau S.A.W. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja, unta yang telah mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa digunakan untuk menempuh perjalan jauh.
Adakalanya, Rasulullah S.A.W. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi. Melainkan, karena kehormatan agama Allah.
Rasulullah S.A.W. bersabda, “Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).” (HR. Bukhari)
Sabdanya pula, “Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor.” (HR. Turmudzi).
Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.
Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.
Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum’ah, dusta, pengadu domba dan lain sebagainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah S.W.T.
Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah S.A.W. bersabda, “Apakah tiada lebih baik saya beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?” Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, “Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau.” (HR. Thabrani).
Sabdanya pula, “Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk).” (HR. Abu Dawud).
Peran Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas
Seorang guru dapat dikatakan telah melakukan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada peserta didik akibat dari kegiatan tersebut. Dampak instruksional dan dampak pengiring bersifat terpadu. Manajemen kelas merupakan proses penanaman disiplin pada siswa. Cara pandang itu adalah pendekatan otoriter. Jika guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar dan melakukan semua yang mereka kehendaki maka guru tersebut menggunakan pendekatan permisif. Pendekatan optimal adalah proses pengembangan lingkungan belajar yang dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan-pembatasan. Keuntungan yang diperoleh guru dan peserta didik, jika belajar dalam kelompok kecil maka:
- Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
- Peserta didik merasa bertanggungjawab
- Guru dapat memantau pekerjaan peserta didik secara langsung
- Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
- Peserta didik merasa bertanggungjawab
- Guru dapat memantau pekerjaan peserta didik secara langsung
Peran Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran
Proses evaluasi mendapat informasi, mempertimbangkan dan dan membuat keputusan. Jika guru ingin mendapatkan informasi tentang pendapat dan perasaan siswa tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung, maka teknik yang tepat adalah inkuiri. Teknik pengumpulan informasi yang paling obyektif adalah testing. Untuk mengumpulkan informasi tentang pendapat, perasaan, dan minat siswa, instrument yang paling tepat digunakan adalah koesioner. Untuk memperoleh informasi tentang cara siswa mengemukakan suatu pendapat dan cara menganalisisnya, guru sebaiknya membuat ragam soal uraian.Tujuan evaluasi formatif adalah menilai keberhasilan proses mengajar.
Guru sebagai Peneliti
Aspek lain yang penting dalam rangka membangun kualitas guru adalah usaha mewujudkan guru sebagai peneliti. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa guru harus mampu merefleksi diri dan kinerjanya. Melalui usaha ini guru akan mengetahui kekuranganya dan sekaligus mampu memperbaikinya. Lebih lanjut, melalui penelitian yang dilakukan guru, pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pertanyaannya adalah penelitian seperti apa yang cocok dilakukan guru? Jenis penelitian yang tepat digunakan tentu saja adalah penelitian tindakan kelas. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Penelitian ini menitikberatkan kajian atas kegiatan praktis pembelajaran yang dilakukan guru dalam menjalankan tugas keseharianya. Dengan demikian, melalui penelitian ini guru akan secara sadar dan terus menerus melakukan analisis atas kelemahan pembelajaran yang dilaksanakannya serta memperbaiknya dengan melaksanakan berbagai tindakan perbaikan.
Pelaksanaan penelitian di dalam kelas merupakan upaya meningkatkan kualitas pendidik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa mewujudkan guru sebagai penelitian pada dasarnya adalahusaha untuk meningkatkan profesionalisme guru sepajang kariernya. Lebih jauh melalui prosedur penelitian yang dilakukannya, guru dapat mengembangkan pengetahuan professional sehingga diharapkan guru akan mampu membanggun pengetahuannya secara mandiri. Akhirnya diharapkan guru di sekolah akan menjadi kaya dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Sosok guru yang demikian jelaslah merupakan sosok guru yang berkualitas yang akan sangat mendukung terbentuknya pendidikan bermutu.
Pertanyaannya adalah penelitian seperti apa yang cocok dilakukan guru? Jenis penelitian yang tepat digunakan tentu saja adalah penelitian tindakan kelas. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Penelitian ini menitikberatkan kajian atas kegiatan praktis pembelajaran yang dilakukan guru dalam menjalankan tugas keseharianya. Dengan demikian, melalui penelitian ini guru akan secara sadar dan terus menerus melakukan analisis atas kelemahan pembelajaran yang dilaksanakannya serta memperbaiknya dengan melaksanakan berbagai tindakan perbaikan.
Pelaksanaan penelitian di dalam kelas merupakan upaya meningkatkan kualitas pendidik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa mewujudkan guru sebagai penelitian pada dasarnya adalahusaha untuk meningkatkan profesionalisme guru sepajang kariernya. Lebih jauh melalui prosedur penelitian yang dilakukannya, guru dapat mengembangkan pengetahuan professional sehingga diharapkan guru akan mampu membanggun pengetahuannya secara mandiri. Akhirnya diharapkan guru di sekolah akan menjadi kaya dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Sosok guru yang demikian jelaslah merupakan sosok guru yang berkualitas yang akan sangat mendukung terbentuknya pendidikan bermutu.
Cinta Dunia
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya. (Malik bin Dinar/Hilyatul Auliyaa’)
Mukmin Yang Kuat
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan masing-masing mempunyai kebaikan. Gemarlah kepada hal-hal yang berguna bagimu. Mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah menjadi lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, jangan berkata: Seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu. Tetapi katakanlah: Allah telah mentakdirkan dan terserah Allah dengan apa yang Dia perbuat. Sebab kata-kata seandainya membuat pekerjaan setan.” Riwayat Muslim.
Kedudukan Manusia dalam Geografi dan Adaptasinya
Human geography yang di Indonesia lebih banyak diterjemahkan menjadi geografi social dari pada geografi manusia menggunakan adaptasi lingkungan sebagai perlawanan terhadap nature determinisme yang telah usang ,tetapi yang dengan tak sadar masih juga diikuti orang,termasuk guru geografi. Adaptasi dilakukan baik oleh tetumbuhan ,hewan maupun manusia dengan caranya masing-masing yang khas. Itu sebabnya geografi biologis memecah dirinya menjadi geografi tetumbuhan dan geografi hewan.
Geografi menyajikan pengertian yang bermakna mengenai bumi sebagai habitat manusia. Penelaahan geografi boleh dikatakan mewujudkan cara memandang bumi dengan cara yang khas,yang dasarnya berupa beberapa konsep azasi yang paling bertalian. Adapun jenis konsep itu adalah : penghargaan budayawi oleh bumi,konsep regional,pertalian wilayah,interaksi keruangan,lokalisasi,skala dan konsep tentang perubahan.
ROGER MINSHULL yang dalam bukunya The changing of geography menderetkan pokok-pokok yang perlu dipahami oleh para geograf ,yaitu :
1.Persebaran gejala-gejala di muka bumi.
2.Hubungannya dengan gejala lain di tempat atau wilayah yang bersangkutan.
3.Hubungannya dengan gejala di tempat atau wilayah lain.
4.Efek satu atau lebih gejala atas yang lain.
5.Bervariasinya gejala dari tempat ke tempat.
6.Mengapa gejala ada di tempat tertentu,dan di tempat lain tidak ada.
7.Pembauran gejala spatial.
8.Gerakan gejala yang bertimbal balik.
9.Mengapa gejala munculnya tak teratur.
10.Bentuk jaringan aneka gejala.
11.Kepadatan dan pengelompokan gejala .
12.Lokasi dan lokalisasi gejala.
13.Pembatasan adanya penduduk dan kegiatannya di suatu tempat .
14.Efek dari kegiatan di suatu tempat terhadap tempat lain.
Geografi kependudukan pada dasarnya bersifat kuantitatif,karena sama-sama tergantung dari data statistik . Tetapi keduanya menggunakan pendekatan kualitatif. Para demograf menguji berbagai kualitas fisik,intelektual,dan watak penduduk untuk mengemukakan hubungannya dengan aspek kuantitatif,tetapi para geograf mengusahakan penguraian interelasi antara lingkungan alam dan lingkungan manusia yang rumit.
Yang pertama menelaah berfungsinya secara geografi dunia sebagai keutuhan yang kemudian dibagi lagi atas wilayah makro yang berupa benua,sub-benua dan negara-negara. Adapun yang kedua menelaah organisasi yang bercorak sosio-spatial dari wilayah secara mikro. Sehubungan ini lalu dikenal cabang geografi social yang bernama geografi kota dan geografi pedesaan. Pokok-pokok yang dibicarakan dalam geografi adalah persebaran,perbedaan pertumbuhan penduduk,kepadatan penduduk,kemudian migrasi atau gerakan penduduk.
Geografi menyajikan pengertian yang bermakna mengenai bumi sebagai habitat manusia. Penelaahan geografi boleh dikatakan mewujudkan cara memandang bumi dengan cara yang khas,yang dasarnya berupa beberapa konsep azasi yang paling bertalian. Adapun jenis konsep itu adalah : penghargaan budayawi oleh bumi,konsep regional,pertalian wilayah,interaksi keruangan,lokalisasi,skala dan konsep tentang perubahan.
ROGER MINSHULL yang dalam bukunya The changing of geography menderetkan pokok-pokok yang perlu dipahami oleh para geograf ,yaitu :
1.Persebaran gejala-gejala di muka bumi.
2.Hubungannya dengan gejala lain di tempat atau wilayah yang bersangkutan.
3.Hubungannya dengan gejala di tempat atau wilayah lain.
4.Efek satu atau lebih gejala atas yang lain.
5.Bervariasinya gejala dari tempat ke tempat.
6.Mengapa gejala ada di tempat tertentu,dan di tempat lain tidak ada.
7.Pembauran gejala spatial.
8.Gerakan gejala yang bertimbal balik.
9.Mengapa gejala munculnya tak teratur.
10.Bentuk jaringan aneka gejala.
11.Kepadatan dan pengelompokan gejala .
12.Lokasi dan lokalisasi gejala.
13.Pembatasan adanya penduduk dan kegiatannya di suatu tempat .
14.Efek dari kegiatan di suatu tempat terhadap tempat lain.
Geografi kependudukan pada dasarnya bersifat kuantitatif,karena sama-sama tergantung dari data statistik . Tetapi keduanya menggunakan pendekatan kualitatif. Para demograf menguji berbagai kualitas fisik,intelektual,dan watak penduduk untuk mengemukakan hubungannya dengan aspek kuantitatif,tetapi para geograf mengusahakan penguraian interelasi antara lingkungan alam dan lingkungan manusia yang rumit.
Yang pertama menelaah berfungsinya secara geografi dunia sebagai keutuhan yang kemudian dibagi lagi atas wilayah makro yang berupa benua,sub-benua dan negara-negara. Adapun yang kedua menelaah organisasi yang bercorak sosio-spatial dari wilayah secara mikro. Sehubungan ini lalu dikenal cabang geografi social yang bernama geografi kota dan geografi pedesaan. Pokok-pokok yang dibicarakan dalam geografi adalah persebaran,perbedaan pertumbuhan penduduk,kepadatan penduduk,kemudian migrasi atau gerakan penduduk.
Pengajaran Geografi di SMA
Antara geografi akademis dan geografi pengajaran terdapat hubungan yang erat mengenai hakekat dari objek studinya. Keduanya memaparkan strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya,ruang dan sumber daya yang ada di dalamnya yang kesemuanya itu terdapat di permukaan bumi.
Setiap guru geografi perlu memahami seluk beluk ilmu geografi khususnya tentang adanya pembagian dua yakni geografi alam dan geografi manusia. Di Indonesia lebih di kenal sebutan geografi alam dan geografi social. Dan geografi social memiliki dua arti.
Tiap-tiap mata pelajaran di sekolah lanjutan membutuhkan guru yang ideal. Adapun syarat untuk menjadi guru geografi yang baik,tak hanya terbatas pada pendidikan yang diikuti sebelumnya yang menghasilkan ijazah yang berwenang bagi yang bersangkutan untuk mengajar. Di samping itu masih diperlukan beberapa keistimewaan pada guru itu sendiri untuk dilatih dan dikembangkan lanjut.
Ada lima tuntutan yang perlu dipenuhi oleh guru geografi yang ideal,yaitu :
1.Harus mempunyai perhatian yang cukup banyak kepada permasalahan manusia.
2.Mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri factor-faktor lokatif,pola regional dan relasi keruangan yang terkandung oleh ataupun tersembunyi di belakang gejala-gejala social.
3.Suka dan mampu mengadakan observasi pribadi di lapangan.
4.Secara sederhana dapat mensintesekan data-data yang berasal dari berbagai sumber.
5.Mampu membedakan serta memisahkan kausalitas yang sungguh,dari hal-hal yang sifatnya hanya kebetulan belaka.
Guru dalam mengajarkan geografi menggunakan didaktik geografi. Ini barulah suatu jalan belaka yang menuju kepada tujuan pengajaran geografi. Yakni menciptakan gambaran geografi pada diri siswa,sebagai suatu aspek dari kedewasaan soaial yang dikejar oleh pengajaran IPS sekarang. Adapun tujuan geografi pengajaran sekarang,mencakup kalimat ini : orientasi ke dalam ruang dan orientasi ke dalam seluruh masyarakat dunia,di mana siswa menjadi anggotanya dan di mana ia kelak sebagai orang dewasa akan memberikan sumbangannya.
Tujuan di atas merupakan pembaharuan terhadap perumusan yang lama yakni yang semula berintikan pada berfikir geografis saja. Sehabis perang dunia II ,UNESCO demi perdamaian dunia memberikan perumusan baru. Pembentukan gambaran mengenai bangsa-bangsa dengan segala perbedaannya antara satu dengan yang lain ,yang berorganisasi dengan berbagai system di permukaan bumi dengan hubungan antar yang saling menjalin. Segalanya itu dapat dilepaskan dari hubungan antara masyarakat bangsa dan latar belakang milieunya masing-masing,serta ikatannya dengan dunia.
Melalui empat macam pengajaran geografi yakni yang bersifat fisis (ilmu falak),social ekonomis dan cultural,guru geografi sebetulnya berusaha menyalurkan lima jenis sumbangan kepada pendidikan,dengan perincian demikian : wawasan dalam ruang,persepsi relasi antar gejala,rasa keindahan,kecintaan tanah air,dan saling pengertian internasional. Kelima jenis sumbangan itu perlu disadari oleh guru ,terlepas dari bentuk ujian mana yang berlaku.
Dalam membahas materi geografi di dalam pengajarannya perlu dipertimbangkan empat hal sebagai berikut :
1.Tujuan pendidikan dan pengajaran yang mengacu pada kepentingan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional dalam GBHN.
2.Unsur kepentingan anak didik dengan memperhatikan tingkat perkembangan jiwa anak didik.
3.Karakteristik yang terkandung dalam ilmu geografi dengan memperhatikan pendekatan dan metodologinya.
4.Seleksi atas materi baku yang esensial dari bidang ilmu geografi sebagai bahan acuan dalam penataan kembali penyusunan program dan materi pengajaran geografi bagi setiap jenjang sekolah
Adapun penjabaran materi geografi di sekolah meliputi aspek hakikat,nilai dan perannya. Hakikat geografi dirumuskan demikian : Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer,dengan sudut pandangan kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional) dalam kontaks keruangan (spatial).
Kemudian dalam mengajarkan geografi kepada para siswa,guru diharapkan menguasai makna dari 10 konsep asasi geografi sebagai ciri khas pengajaran geografi. Sepuluh konsep asasi itu meliputi : lokasi,jarak,keterjangkauan,pola,morfologi,aglomerasi,nilai kegunaan,interaksi dan interdepensi,diferensiasi areal (struktur/distribusi keruangan ),akhirnya proses keruangan (keterkaitan keruangan).
Setiap guru geografi perlu memahami seluk beluk ilmu geografi khususnya tentang adanya pembagian dua yakni geografi alam dan geografi manusia. Di Indonesia lebih di kenal sebutan geografi alam dan geografi social. Dan geografi social memiliki dua arti.
Tiap-tiap mata pelajaran di sekolah lanjutan membutuhkan guru yang ideal. Adapun syarat untuk menjadi guru geografi yang baik,tak hanya terbatas pada pendidikan yang diikuti sebelumnya yang menghasilkan ijazah yang berwenang bagi yang bersangkutan untuk mengajar. Di samping itu masih diperlukan beberapa keistimewaan pada guru itu sendiri untuk dilatih dan dikembangkan lanjut.
Ada lima tuntutan yang perlu dipenuhi oleh guru geografi yang ideal,yaitu :
1.Harus mempunyai perhatian yang cukup banyak kepada permasalahan manusia.
2.Mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri factor-faktor lokatif,pola regional dan relasi keruangan yang terkandung oleh ataupun tersembunyi di belakang gejala-gejala social.
3.Suka dan mampu mengadakan observasi pribadi di lapangan.
4.Secara sederhana dapat mensintesekan data-data yang berasal dari berbagai sumber.
5.Mampu membedakan serta memisahkan kausalitas yang sungguh,dari hal-hal yang sifatnya hanya kebetulan belaka.
Guru dalam mengajarkan geografi menggunakan didaktik geografi. Ini barulah suatu jalan belaka yang menuju kepada tujuan pengajaran geografi. Yakni menciptakan gambaran geografi pada diri siswa,sebagai suatu aspek dari kedewasaan soaial yang dikejar oleh pengajaran IPS sekarang. Adapun tujuan geografi pengajaran sekarang,mencakup kalimat ini : orientasi ke dalam ruang dan orientasi ke dalam seluruh masyarakat dunia,di mana siswa menjadi anggotanya dan di mana ia kelak sebagai orang dewasa akan memberikan sumbangannya.
Tujuan di atas merupakan pembaharuan terhadap perumusan yang lama yakni yang semula berintikan pada berfikir geografis saja. Sehabis perang dunia II ,UNESCO demi perdamaian dunia memberikan perumusan baru. Pembentukan gambaran mengenai bangsa-bangsa dengan segala perbedaannya antara satu dengan yang lain ,yang berorganisasi dengan berbagai system di permukaan bumi dengan hubungan antar yang saling menjalin. Segalanya itu dapat dilepaskan dari hubungan antara masyarakat bangsa dan latar belakang milieunya masing-masing,serta ikatannya dengan dunia.
Melalui empat macam pengajaran geografi yakni yang bersifat fisis (ilmu falak),social ekonomis dan cultural,guru geografi sebetulnya berusaha menyalurkan lima jenis sumbangan kepada pendidikan,dengan perincian demikian : wawasan dalam ruang,persepsi relasi antar gejala,rasa keindahan,kecintaan tanah air,dan saling pengertian internasional. Kelima jenis sumbangan itu perlu disadari oleh guru ,terlepas dari bentuk ujian mana yang berlaku.
Dalam membahas materi geografi di dalam pengajarannya perlu dipertimbangkan empat hal sebagai berikut :
1.Tujuan pendidikan dan pengajaran yang mengacu pada kepentingan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional dalam GBHN.
2.Unsur kepentingan anak didik dengan memperhatikan tingkat perkembangan jiwa anak didik.
3.Karakteristik yang terkandung dalam ilmu geografi dengan memperhatikan pendekatan dan metodologinya.
4.Seleksi atas materi baku yang esensial dari bidang ilmu geografi sebagai bahan acuan dalam penataan kembali penyusunan program dan materi pengajaran geografi bagi setiap jenjang sekolah
Adapun penjabaran materi geografi di sekolah meliputi aspek hakikat,nilai dan perannya. Hakikat geografi dirumuskan demikian : Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer,dengan sudut pandangan kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional) dalam kontaks keruangan (spatial).
Kemudian dalam mengajarkan geografi kepada para siswa,guru diharapkan menguasai makna dari 10 konsep asasi geografi sebagai ciri khas pengajaran geografi. Sepuluh konsep asasi itu meliputi : lokasi,jarak,keterjangkauan,pola,morfologi,aglomerasi,nilai kegunaan,interaksi dan interdepensi,diferensiasi areal (struktur/distribusi keruangan ),akhirnya proses keruangan (keterkaitan keruangan).
Serba Serbi Geografi
Geografi yang semulanya disebut ilmu bumi, sebagai pengetahuan diajarkan di Perguruan Tinggi dengan sebutan geografi akademis dan di sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas dengan sebutan geografi sekolah atau geografi pengajaran. Sebutan ilmu bumi disebut sekarang kurang tepat; ilmu bumi lebihlah cocok untuk geologi (dari kata Yunani,geos dan logos),yakni suatu pengetahuan alam yang mempelajari bumi seutuhnya,dari quilt luar sampai intinya,tetapi tanpa memperhatikan hubungan bumi secara khusus dengan manusia yang mengetahuinya.
Pengajaran geografi yang diadakan sebenarnya mengandung dua tujuan :
1.Tujuan materiil yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat.
2.Tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta,latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat.
Hal ini semua bertalian erat dengan didaktik dan metodik khusus geografi yang perlu diketahui oleh para guru geografi.
Geografi memandang bumi sebagai habitat manusia yaitu tempat tinggal manusia. Habitat ini terdiri atas bingkai alami (human setting atau cultural setting). Jelas bahwa geografi tak hanya mempelajari aspek alami dari bumi saja akan tetapi juga aspek manusiawi ,baik yang bercorak ekonomis,sosiologis,politis,cultural dan religius. Semua itu dipelajari dengan latar belakang lingkungan alam.
Dapat kita kaji bahwa yang mempengaruhi kehidupan manusia adalah beberapa factor yang mempengaruhi yaitu : relasi ruang (likasi,posisi,bentuk,luas,jarak),relief atau topografi (tinggi rendahnya permukaan bumi),iklim (dengan permusimannya),jenis tanah(kapur,liat,pasir,gambut),flora dan fauna,air tanah dan kondisi pembuangan air,sumber-sumber mineral (barang tambang) dan relasi dengan lautan.Seorang geograf Belanda LAMBOOY (1969),menemukan enam definisi geografi yang membuktikan tersimpannya unsure struktur ,fungsi dan proses itu,sebagai berikut :
1.Geografi itu adalah suatu telaah tentang perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (HARTSHORNE ,geograf Inggris ). Terasa di sini pentingnya suatu proses.
2.Geografi manusia bertugas menelaah gejala di dalam pertalian keruangannya,(SORRE,geograf Perancis). Di sini integrasi diutamakan.
3.Tujuan geografi adalah menemukan pola dan ikatan yang azasi dari berbagai tempat yang bertalian dengan fungsinya,(BERRY,geograf Amerika). Menunjukkan pentingnya struktur yang statis hubungan antar bagian atau organisasi fungsionalnya dan proses yang dinamis.
4.Tugas geografi adalah menyelidiki obyek yang terintegrasi dalam persebaran keruangannya ,(LESZYNSKI, geograf Polandia ).
5.Geografi adalah ilmu tentang lokasi. (BUNGE , geograf Amerika ). Hal ini dihubungkan dengan geografi regional yang tugasnya menglkasifikasikan berbagai lokasi dan geografi teoritis yang tugasnya meramalkan berbagai lokasi.
6.Geografi menelaah ruang serta relasi keruangan. (ULLMANN, geograf Amerika )
Pengajaran geografi yang diadakan sebenarnya mengandung dua tujuan :
1.Tujuan materiil yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat.
2.Tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta,latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat.
Hal ini semua bertalian erat dengan didaktik dan metodik khusus geografi yang perlu diketahui oleh para guru geografi.
Geografi memandang bumi sebagai habitat manusia yaitu tempat tinggal manusia. Habitat ini terdiri atas bingkai alami (human setting atau cultural setting). Jelas bahwa geografi tak hanya mempelajari aspek alami dari bumi saja akan tetapi juga aspek manusiawi ,baik yang bercorak ekonomis,sosiologis,politis,cultural dan religius. Semua itu dipelajari dengan latar belakang lingkungan alam.
Dapat kita kaji bahwa yang mempengaruhi kehidupan manusia adalah beberapa factor yang mempengaruhi yaitu : relasi ruang (likasi,posisi,bentuk,luas,jarak),relief atau topografi (tinggi rendahnya permukaan bumi),iklim (dengan permusimannya),jenis tanah(kapur,liat,pasir,gambut),flora dan fauna,air tanah dan kondisi pembuangan air,sumber-sumber mineral (barang tambang) dan relasi dengan lautan.Seorang geograf Belanda LAMBOOY (1969),menemukan enam definisi geografi yang membuktikan tersimpannya unsure struktur ,fungsi dan proses itu,sebagai berikut :
1.Geografi itu adalah suatu telaah tentang perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (HARTSHORNE ,geograf Inggris ). Terasa di sini pentingnya suatu proses.
2.Geografi manusia bertugas menelaah gejala di dalam pertalian keruangannya,(SORRE,geograf Perancis). Di sini integrasi diutamakan.
3.Tujuan geografi adalah menemukan pola dan ikatan yang azasi dari berbagai tempat yang bertalian dengan fungsinya,(BERRY,geograf Amerika). Menunjukkan pentingnya struktur yang statis hubungan antar bagian atau organisasi fungsionalnya dan proses yang dinamis.
4.Tugas geografi adalah menyelidiki obyek yang terintegrasi dalam persebaran keruangannya ,(LESZYNSKI, geograf Polandia ).
5.Geografi adalah ilmu tentang lokasi. (BUNGE , geograf Amerika ). Hal ini dihubungkan dengan geografi regional yang tugasnya menglkasifikasikan berbagai lokasi dan geografi teoritis yang tugasnya meramalkan berbagai lokasi.
6.Geografi menelaah ruang serta relasi keruangan. (ULLMANN, geograf Amerika )
Langganan:
Postingan (Atom)