SELAMAT DATANG DI BLOG PENAMBANG ILMU

Kamis, 26 Agustus 2010

Sekolah Proaktif Mengapresiasi dan Mengiprovisasi Lingkungan Hijau

Perjalanan panjang menuju sekolah hijau secara ideal berkemungkinan membutuhkan waktu relatif panjang,sehingga butuh kepeloporan dan perencanaan matang serta kesinambungan upaya kerja keras segenap warga sekolah.
Langkah awal kearah ini ,agaknya perlu dibangunan rasa kepedulian warga sekolah bersama masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan sekolah dalam lingkup mikro kemudian ditingkatkan ke luar pekarangan sekitar area pengaruh sekolah.
Melalui sosialisasi yang efektif terhadap guru,siswa dan orang tuanya akan memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar. Dengan melibatkan warga sekolah membenahi lingkungan sekolah sejak awal , maka masyarakat akan merasakan lingkungan sebagai bagian dari mereka ,bahkan tumbuh rasa memiliki dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Keasrian dan kenyamanan lingkungan sekolah yang semakin kondusif dari tahun ke tahun berpeluang meningkatkan semangat warga sekolah untuk berpartisipasi Lingkungan sekolah hijau jika diterjemahkan secara luas dan komprehensif ,sebenarnya tidak berhenti sebatas tercapainya lingkungan sekolah yangtertata rapi dengan taman dan tanaman hijau semata.
Akan tetapi makna sekolah hijau juga mencakup ;minimalisasi pembakaran sampah yang menimbulkan pulusi di pekarangan dan lingkungan sekolah, pengurangan ketergantungan penggunaan arus listrik dari PLN, serta pemanfaatan sampah organik jadi kompos yang dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tumbuhan di sekitar sekolah.
Pada beberapa sekolah di luar Sumatera Barat telah mulai berkembang pembudidayaan jamur sebagai makanan sehat dengan memakai pupuk organik hasil olahan sampah sendiri.
Jika hal seperti ini dapat dikembangkan oleh sekolah dengan kreatifitas masing-masing ,maka amat banyak sebenarnya nilai tambah yang bakal diperoleh,disamping antisipasi pemanasan global sebagai target utamanya.
Upaya mengurangi ketergantungan kepada sumber listrik dari PLN dapat dilakukan oleh sekolah dengan memanfaatkan solar system ( energi matahari ).Hal ini setidaknya akan mendatangkan keuntungan ganda yakni mengurangi biaya pengeluaran sekolah, dan secara tak langsung berpotensi mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh PLTU.
Disamping itu,warga sekolah juga dapat belajar dan mengikuti hal serupa untuk kebutuhan rumah tangga mereka .
Dengan kemandirian dan otonomi sekolah untuk menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) konsep sekolah hijau ,mungkin bukanlah suatu hal yang muluk dan sulit dicapai.
Akan tetapi sekali lagi dibutuhkan kemauan dan usaha keras untuk mencapainya, karena prinsip dasar manajemen berbasis sekolah adalah mendorong setiap sekolah agar mandiri dan otonom dalam menentukan nilai tambah konpetitif yang ingin dicapainya.

Mewujudkan Lingkungan Sekolah yang Asri, Bersih, Nyaman, Sehat dan Ramah

Sekolah yang nyaman, asri dan ramah ( Wellcoming school ) sebenarnya sudah lama menjadi idaman . Akan tetapi perjalanan panjang menuju kearah ini baru mudah untuk disebut dan ternyata sulit mengaktualisasikannya. Mungkin karena begitu banyak aspek yang harus dipenuhi maka perwujudannya masih sebatas impian .
Hingga saat ini masih amat jarang kita menjumpai suatu lingkungan sekolah,apakah SD, SMP, SMA maupun SMK yang memiliki pekarangan lebih dari 30.000 meter persegi,sehingga memungkinkan tersedia lapangan olah raga yang mencukupi, ruang bermain yang memadai,
di bawah tumbuhan yang teduh dan rindang sertai pemandangan yang hijau disekeling sekolah.
Andaikan hal itu tersedia pada suatu sekolah,maka warga sekolah ( siswa ,guru dan pegawai ) akan merasakan kenyamanan sehingga memberikan suatu ketenangan serta kesejukan hati.
Kemudian,tentu akan memberikan nilai tambah lebih besar apabila para guru,pegawai sekolah bersama seluruh siswa senantiasa memupuk kebiasaan sikap saling akrab,penuh persahaabatan, dan ramah antar sesama.

Sekolah Berwawasan Lingkungan

Sekolah Berwawasan Lingkungan, tantangan dan harapan bagi sekolah dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang berkualitas. Dikatakan tantangan karena tidak mudah menjadikan lingkungan sekolah kondusif dan bermutu. Harapan, dengan sekolah berwawasan lingkungan membuat sekolah menjadi hijau, sejuk, nyaman, indah, bersih, dan sehat, serta dapat meminimalisasi dampak pemanasan global. Yang menghadapi tantangan dan mewujudkan harapan adalah manusia.
Menurut Sutardja. Abdul Gani, (1982) bahwa manusia sangat berperan dalam mengubah lingkungan, perubahan yang terjadi dari apa yang dilakukannya adalah berdampak positif maupun berdampak negatif bagi lingkungan itu sendiri dan bagi kehidupan yang terdapat disekitarnya.
Pengelolaan lingkungan sekolah secara baik akan membentuk lingkungan sekolah berkualitas, yang dikenal dengan Sekolah Berwawasan Lingkungan, sebaliknya pengelolaan linglkungan sekolah secara serampangan menjadikan lingkungan sekolah tidak sehat. Kesehatan lingkungan sekolah sangat mendukung proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, hasilnya mutu dan prestasi sekolah akan meningkat.
Karakteristik Sekolah Berwawasan Lingkungan, adalah; unit bangunan sekolah tertata rapi, peruntukan pemamfaatan lahan yang jelas, pohon pelindung yang hijau, taman sekolah yang indah, tidak dijumpai air yang tergenang, sampah tidak ada yang berserakan, udara bersih dan sejuk, suasana sekolah tenteram dan damai. Kondisi sekolah yang demikian akan mampu menekan akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan global.
Kenyataan dilapangan menunjukkan masih banyak dijumpai sekolah yang kurang peduli terhadap lingkungan sekolah. Hal ini terlihat banyak sekolah yang pohon pelindung jarang, taman sekolah tidak terawat, drainase air limbah tidak lancar, sampah berserakan, iklim sekolah tidak kondusif. Sekolah yang demikian lingkungannya tidak sehat, dan terancam oleh pemanasan global.
Membandingkan antara kondisi Sekolah Berwawasan Lingkungan dengan sekolah yang tidak berwawasan lingkungan, jauh lebih baik Sekolah berwawasan Lingkungan, oleh sebab itu sewajarnya setiap sekolah menciptakan dan mengembangkan Sekolah Berwawasan Lingkungan agar kondisi iklim sekolah tetap kondusif.
Mengingat adanya kontribusi yang diberikan oleh Sekolah Berwawasan Lingkungan dalam meminimalisasi dampak pemanasan global, maka sewajarnya setiap sekolah dijadikan Sekolah Berwawasan Lingkungan, dengan mengupayakan hal-hal sebagai berikut:
(a) mempelopori terciptanya Sekolah Berwawasan Lingkungan,
(b) menetapkan peruntukan lahan dan pekarangan sekolah secara jelas,
(c) menanam pohon pelindung dipekarangan sekolah dan disekitar sekolah,
(d) menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah,
(e) pemberdayaan warga sekolah mengelola lingkungan sekolah.
Untuk menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan harus ada guru yang mempeloporinya, melalui mata pelajaran yang diajarkan atau melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kepeloporan yang dilakukan akan dapat memotivasi warga sekolah untuk berpartisipasi terhadap aktivitas dilakukan sehubungan dengan pengelolaan atau pembenahan lingkungan sekolah.
Dalam membenahi pekarangan sekolah untuk menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan, terlebih dulu harus ditetapkan peruntukan lahan sekolah untuk; bangunan, penghijauan, kebun sekolah, taman kelas, taman burung, green house, apotik hidup, kolam ikan, tempat membuang sampah.
Untuk menjaga kondisi udara dalam keadaan sejuk, nyaman, segar dan bersih, harus dilakukan penghijauan dengan menanam pohon pelindung di pekarangan sekolah, dan disekitar sekolah. Pohon pelindung ini dapat membantu mengurangi dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global di lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah harus selalu dijaga kebersihannya. Sampah yang dihasilkan dimusnahkan dengan cara; membakar, menimbun dalam tanah, mendaur ulang, dijadikan kompos. Air yang digunakan disekolah selalu dalam keadaan bersih, dan tidak boleh aadanya genangan air di pekarangan sekolah.
Upaya menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan, sebagaimana diuraikan diatas dapat dilakukan apabila seluruh warga sekolah berpartipasi, dan peduli terhadap lingkungan sekolah, serta mau melestarikannya. Selama kelestarian dari lingkungan Sekolah Berwawasan Lingkungan, maka selama itu pulalah pengaruh negative dari pemanasan global dapat diminimalisasikan.

Peranan Guru Geografi

Suatu kondisi lingkungan tertentu diperlukan untuk kehidupan. Unsur-untur sistem pendukung kehidupan, energi, geofisika, biologi, lingkungan buatan, dan unsur sosial. Sistem pendukung kehidupan merupakan landasan bagi aktivitas-aktivitasmanusia (Didik Saruji : 2006).
Manusia sangat berperan dalam hal mengkondisikan lingkungan bagi kehidupan, sehingga daya dukung lingkungan memberi arti bagi makhluk hidup dan bagi lingkungan itu sendiri. Untuk mengkondisikan lingkungan perlu dilakukan pendekatan ecological dan geografis, melalui kedua pendekatan ini akan terbentuk lingkungan yang sehat.
Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengelola lingkungan (termasuk lingkungan sekolah) adalah pendekatan ekologi, yaitu suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi (K.Wardiyatmoko: 2006)

Prinsip Rasulullah

1)Ma’rifat adalah modalku
2)Akal adalah asal-muasal agamaku
3)Rasa cinta adalah alasku
4)Rindu adalah kendaraanku
5)Dzikrullah adalah kesenanganku
6)Percaya diri adalah perbendaharaanku
7)Kesedihan adalah rekanku
8)Ilmu adalah senjataku
9)Sabar adalah pakaianku
10)Zuhud adalah pekerjaanku
11)Ridha adalah keuntunganku
12)Yakin adalah kekuatanku
13)Kejujuran adalah penolongku
14)Taat adalah kecintaanku
15)Jiihad adalah akhlakku, dan
16)Kebahagiaanku adalah shalat

FIS UM Semakin Terdepan

Tidak Kurang dari 6 bulan Fakultas yang dinaungi oleh 3 jurusan (Geografi, Sejarah, dan PKN) telah mengalami revolusi yang begitu pesat. dibandingkan dengan fakultas2 di UM, FIS UM merupakan fakultas yang selalu aktif dalam hal perbaikan mutu kualitas pembelajaran, meliputi: Fasilitas akademik, tenaga pengajar, dan peserta didik. catatan ini merupakan torehan awal dari pengembangan FIS kedepan, sekaligus diharapkan terus berkembang menjadi fakultas yang berkualitas dan bermartabat. (By: Suwito Geografi)