Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari kota selalu Nampak sibuk. Warga kota yang menjadi enghuni kota memerlukan tempat berteduh, bekerja, tempat bergaul, dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu kita dapat melihat beberapa aspek kehidupan di kota diantaranya aspek social, budaya, ekonomi, aspek pemerintahan dan sebagainya.
Menurut Bintarto:”Dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu system jaringan kehidupan manusia yang di tandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan di warnai dengan strata social-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula di artikan sebagai bentang budaya yang di timbulkan oleh unsure-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis di bandingkan dengan daerah belakangnya.”
Dari fakta, kota merupakan tempat bermukim warga kota , tempat bekerja, tempat hidup, dan tempat rekreasi. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota harus di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk waktu yang selama mungkin.
Istilah kota dan daerah perkotaan di bedakan di sini karena ada dua pengertian yaitu: kota untuk city dan daerah perkotaan untuk ‘urban’. Istilah city di identikkan dengan kota, sedangjan urban berupa daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dapat di sebut sebagai daerah perkotaan.
Penggolongan kota dapat di dasarkan pada fungsi, struktur mata pencaharian, tipe masyarakat, jumlah penduduknya, besar-kecilnya daerah permukiman dan sebagainya. Jadi penggolongan kota ini dapat dilihat dari segi ekonomi, segi sosiologi, segi demografi, dan segi geografis yang abstrak.
Struktur Kota
Dari segi geografis, studi tentang kota adalah penting dan menarik, karena dalam disiplin ini di perhatikan mengenai halihwal lokasi kota, kedudukan kota, hubungan kota dengan daerah di sekitarnya (location, site and situation). System zoning dan perubahan-perubahan yang timbul, perkembangan kota dan masalah-masalah yang di hadapinya. Menurut Freeman (1958), dikatakan bahwa:”planning has an inescapable basic”. Dengan pernyataan ini maka geografi akan banyak membantu di bidang perencanaan kota . mengenai hal ini dapat di baca buku-buku seperti Geography and Planning karangan Freeman, Urban Regional and Planning karangan Brian J. Loughlin (1970).
Ekspresi demografi dapat di temui di kota-kota besar. Kota-kota sebagai pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan pusat jasa lainnya menjadi daya tarik bagi penduduk di luar kota. Banyak penduduk dari luar kota hilir mudik ke kota untuk keperluan berdagang atau keperluan lain yang berhubungan dengan pekerjaannya sehari-hari.
Struktur penduduk kota dari segi umur menunjukkan bahwa mereka lebih banyak tergolong dala umur produktif. Kemungkinan besar adalah bahwa mereka yang berumur lebih dari 65 tahun atau mereka yang sudah pension lebih menyukai kehidupan dan suasana yang lebih tenang. Sussana ini terdapat di daerah pedesaan atau ‘suburban’. Selain dari pada itu perkembangan yang terjadi di dalam kota terutama dalam inti kotanya menyebabkan daerah tersebut menjadi daerah pusat kerja penduduk yang masih berumur produktif baik di bidang perdagangan, pendidikan dan sebagainya.
Struktur kota dapa di lihat dari jenis-jenis mata pencaharian penduduk atau warga kota. Sudah jelas bahwa jenis mata pencaharian penduduk kota di bidang nonagraris seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang perdagangan, kepegawaian, pengangkutan, dan di bidang jasa serta lain-lainnya. Dengan demikian struktur dari jenis-jenis mata pencaharian akan mengikuti dari suatu kota.
Tanda Pengenal Kota
Tanda pengenal kota terutama di kota-kota yang tergolong kota besar dapat dilihat pada beberapa kenampakan antara lain adalah cirri fisis dan cirri social. Menurut Bintarto dalam bukunya Pengantar Geografi kota, maka beberapa ciri fisis dapat di tunjukkan sebagai berikut:
1)Tempat –tempat untuk pasar dan pertokoan. Pasar merupakan titik point dari suatu kota. Pada waktu dulu pasar merupakan daerah yang terbuka, di mana para petani dan pengrajin membawa barang – barangnya dan melakukan perdagangan secara barter atau tukar barang dengan barang. Kemajuan di bidang transportasi dan di gunakannya system uang, maka system barter ini menjadi system jual-beli. Perkembangan selanjutnya di bidang industry telah mebawa perubahan yang besar untuk pasar ini. Sifat pasar berubah dari daerah terbuka menjadi gedung-gedung pusat perdagangan yang sedikit banyak tertutup, yang menjual belikan hasil bumi dan hasil-hasil industry.
2)Tempat – tempat untuk parkir. Daerah-daerah pusat kegiatan di kota ini dapat hidup karena adanya jalur jalan, alat pegangkutan sebagai wadah arus penyalur barang dan manusia. Kendaraan pengangkut barang maupun orang tidak selalu dalam keadaan bergerak terus, tetapi berhenti di tempat-tempat tertentu.
3)Tempat-tempat rekreasi dan olahraga. Tempat rekreasi dan olahraga dikota ini atau di desa adalah penting bagi manusia. Kita ingat pepatah:”dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” .(mensana Incorporesano)
Demikianlah ciri-ciri pokok tentang suatu kota. Perubahan dan variasi dapa terjadi, karena tidak ada dua kota yang sama benar struktur dan keadaannya. Suatu hal yang perlu di tambahkan sebagai penjelasan ialah pengertian mengenai istilah ‘neighborhood’. Dalam pengertian tersebut terkandung unsur-unsur fisis dan social, karena unsure-unsur tersebut terjalin menjadi satu unit yang merupakan satu unit tata kehidupan kota. Unsur – unsurnya antara lain: gedung sekolah, bangunan pertokoan, pasar, daerah-daerah terbuka untuk rekreasi , rel kereta api dan jalan mobil serta sebagainya. Unsur-unsur tersebut menimbulkan kegiatan dan kesibukan dalam kehidupan sehari-hari, jadi sesungguhnya ‘neighborhood’ ini sudah tidak lagi menjadi hal baru bagi kita.
Pemekaran Fisik Kota
Di kota kota yang sudah maju, kota tidak hanya luas secara meb\ndatar tetapi juga menegak. Gedung-gedung bertingkat merupakan cirri khas untuk kota yang modern. Masalah-masalah yang di timbulkan sebagai akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan, masalah sampah, masalah di bidang kelalulintasan, masalah kekurangan gedung sekolah, masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administrative pemerintahan. Masalah-masalah yang banyak ini kemudian mendesak para perencana dan pengatur kota untuk segera dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah yang bersifat fisis ini ternyata juga bersangkut-paut dengan masalah social-ekonomi.
Kurangnya daya tampung perumahan bagi penduduk berpenghasilan kecil atau minim dan bagi para penganggur dari luar kota dapat memperluas daerah alam dan menambah jumlah orang yang di sebut para “gelandangan”. Kemudian timbul dari keadaaan tersebut di atas berbagai bentuk kriminalitas dan polusi yang sangat mengganggu ketenangan kota. Denga demikian dampak bahwa gejala-gejala fisik, social, ekonomi yang negative ini di timbulkan karena masih berkurangnya daya tampung kota.
Untuk mengatasi berbagai masalah yang di timbilkan oleh pemekaran kota, peranan aparatur kota sangat mennetukan keberhasilan program-program pembangunannya.
Sumber penyebab terjadinya pencemaran lingkungan yang terjadi di daerah kota ternyata tidak dapat lepas dari akibat adanya perkembangan kota dan kemajuan teknologi. Aktivitas manusia dengan teknologi sederhana, tradisional, ataupun teknologi pada jenis yang maju telah banyak menggoyahkan lingkungan dalam arti negative, karena kurangnya kesadaran dab kurangnya perhitungan manusia dalam memanfaatkan teknologi tersebut.
Masalah pencemaran lingkungan hidup di kota tidak kalah pentingnya dengan masalah social dan ekonomi untuk dapat di perhatikan secara serius. Hal ini mengingat bahwa, (1) ketenangan penduduk atau warga kota semakin menurun akibat pencemaran fisis, seperti pencemaran air, udara, dan suara.
Degradasi lingkungan atau pencemaran lingkungan yang terjadi di kota tidak hanya bersifat fisis, tetapi juga bersifat social, seperti rasa jenuh, rasa kesal, rasa “jijik” untuk tinggal di suatu tempat. Oleh karena itu, penyelesaiannya sebaiknya di dekati dengan menggunakan pendekatan manusiawi atau human “approach”.
Keadaan yang semakin memburuk ini harus dapat di cegah agar tidak berlarut-larut seperti yang di nyatakan oleh Ray, M. Northam sebagai berikut: “Solutions to physical problems of environmental degradation in the city are essential to survival of the population; solutions to societal problem of environment degradation are essential to enhancement of livability for the population”. Terutama pada kota-kota metropolitan gejala-gejala pencemaran lingkungan hidup kota harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh karena beberapa kota metropolitan “livability” nya telah di sinyalir telah berada di bawah garis atau tingkat minimal, sebagai akibat dari pengrusakan lingkungan hidup kota.
Kota Sebagai Lingkungan hidup
Kota, seperti apa yang di lihat sekarang secara sepintas merupakan pusat berbagai kegiatan dari suatu wilayah tertentu, antara lain: pusat pengelompokan penduduk, pusat kegiatan ekonomi, kegiatan budaya, kegiatan politik, dan sebagainya. Kota adalah hasil dari suatu proses pertumbuhan, ekonomi, social, budaya, sejarah, dan geografis. Ruang, waktu, dan potensi sangat menentukan terjadinya perkembangan atau pemekaran kota. Potensi kemudahan yang di maksud di sini adalah “site” dan situation” yang di miliki oleh setiap kota.
“site” merupakan kedudukan fisikal (physical setting) untuk suatu tempat, misalnya: kota di perbukitan, kota sungai, kota di pelabuhan, kota di padang pasir, dan sebgainya. Site yang dimiliki suatu tempat atau kota berbeda-beda dan perbedaan ini mengakibatkan perbedaan corak, sifat, dan perkembangan kotanya. Bandingkan saja perkembangan kota pelabuhan dengan kota pegunungan, perbedaannya tidak hanya di lihat pada pola dan struktur kota saja, melainkan dapa di lihat dari sifat dan kebudayaan penghuninya. Jadi, site walaupun nampaknya sebgai suatu wujud yang fisikal tetapi ternyata mempunyai pengaruh yang tidak Nampak langsung terhadap proses perkembangan kota.
“Situation”, dapat di artikan sebagai posisi geografi dari suatu tempat. Dalam hal ini, bagaimana hubungan kota itu dengan daerah belakangnya (hinterland) dan bagaimana pula hubungannya dengan kota-kota lain di sekitarnya? Selain itu juga di perhatikan bagaimana lokasi kota tersebut di dalam “network”, seperti jaringan perdagangan, jaringan jalan, jaringan social, dan sebagainya. Lingkungan ini lebuh hidup dari pada lingkungan yang di timbulkan oleh “site”.
Degradasi Lingkungan Hidup Kota
Kemunduran lingkungan hidup yang juga di kenal dengan istilah”urban environment degradation” pada saat ini telah meluas dari berbagai kota dunia dan kota di Indonesia sudah nampak ada gejala yang membahayakan.
Kemundurn atau kerusakan lingkungan hidup dapat di lihat dari dua segi: (1) dari segi fisis yaitu gangguan yang di timbulkan dari unsur-unsur alam seperti air yang sudah tercemar dan udara yang telah tercemar pula. Tercemarnya air dan udara ini menyebabkan gangguan kesehatan dan juga mematikan penduduk kota. Degradasi jenis ini dapat di golongkan dalam degradasi lingkungan yang bersifat fisis atau “ environmental degradation of physical nature”. (2) dari segi masyarakat atau social yaitu gangguan yang di timbulkan oleh manusia sendiri dan dapat menimbulkan kehidupan yang tidak tenang dan tidak tentram. Degradasi jenis ini di sebut degradasi lingkungan yang bersifat social atau “environmental degradation of societal nature”.
Urbanisasi yang juga menjadi salah satu penyebabnya; urbanisasi yang di timbulkan oleh industrialisasi yang berkkembang di kota, mengakibatkan kegiatan tersier di daerah perkotaan meningkat, terutama di bidang perdagangan dan pelayanan industri.
Dengan makin meningkatnya kerusakan lingkungan hidup kota, maka di beberapa kota sudah nampak “daya dukung” hidup kota sudah mencapai batas minimal;, sehingga keadaan ini dapat mengurangi ketenangan dan kesenangan hidup peduduknya.
Kemajuan teknologi telah menimbulkan masalah dan tentunya di harapkan teknologi juga dapat mengatasi masalah yang di timbulkan tersebut. Kota yang pada permulaanya banyak menarik penduduk, saat ini nampaknya akan banyak di tinggalkan penduduk kota. Apakah urbanisasi akan menurunkan popularitasnya dan menjadi gerakan penduduk yang terbalik yaitu “ruralisai”? gejala ini mungkin terjadi, karena beberapa proses pemekaran kota sudah meunjukkan arahnya yaitu menuju ke daerah pinggiran kota yang termasuk wilayah desa. Gejala ini tentunya akan menmbulkan masalah di daerah tepian kota, terutama masalah lahan dan penggunaannya. Beberapa tulisan atas dasar penelitian geografi telah menunjukkan kenyataannya di sekitar kotya madya Yogyakarta.