Akhir tahun seperti biasa dihiasi oleh ramalan-ramalan. Kali ini akan kita lihat berapa harga minyak tahun depan. Akankah harga minyak masihbisa diprediksikan, ataukah masih perlukah kita meramal harga minyak ?
Memperkirakan harga minyak selalu dipakai dalam setiap penyusunan anggaran, ntah APBN, maupun anggaran proyek dari perusahaan-perusahaan besar. Hal ini disebabkan harga minyak sudah menjadi “nilai jangkar” atau Achoring Price terhadap harga-harga lain.
HARGA MINYAK SEPANJANG TAHUN 2008
Perjalanan harga minyak tahun 2008 ini merupakan perjalanan harga yang sangat dramatis. Di tahun 2008 harga minyak mentah ini diawali dengan harga sekitar 90 $/bbl minyak mulai merangkak naik. Puncaknya minyak berada diatas 150 $/bbl. Harga diatas 125 $ ini bertengger sekitar 3 bulan (May-Jun-July). Penyebabnya diperkirakan muliple mulai dari supply yang kurang, OPEC yang diduga memangkas produksi, hingga spekulan dan bahkan future trading dengan delivery 3-6 bulan kedepan.
Harga mulai merosot terus ketika bulan July. Penurunan harga ini sangat tajam hingga sekitar bulan September. Kenaikan sementara di awal Oktober tidak mampu menahan longsornya harga ini akibat ekonomi amrik yang ikutan terjerembab.
Seperti yang telah saya prediksikan ketika Majalah Eksplo interview, harga yang terus meluncur yang tak terkontrol lagi ini yang saya perkirakan akibat dua hal.
Pertama, penurunan permintaan karena pelemahan daya beli. Kedua, praktek perdagangan komoditas di pasar berjangka. Maksudnya, minyak yang saat ini diproduksi adalah minyak yang dijual-belikan enam bulan lalu.
Lonjakan harga minyak hingga ke rekor tertinggi di atas US$147 per barel pada Juli 2008, salah satunya disebabkan oleh perdagangan berjangka (future trading). Pada Mei hingga awal Juni 2008, minyak dijajakan pada harga di atas US$125 per barel, tetapi untuk pengiriman tiga hingga enam bulan berikutnya. Artinya, pengiriman minyak dari produsen ke konsumen baru dilakukan saat ini. Tetapi, pembayaran dilakukan sejak enam bulan lalu.
Jadi, seolah-olah kebutuhan minyak saat Desember ini merosot. Padahal, mungkin konsumsinya tetap. Tapi, di pasar berjangka permintaan minyak terlihat seolah-olah menurun.
PREDIKSI MINYAK YANG SELALU BERUBAH
sebenernya perkiraan harga minyak bukanlah harga mati. Perkiraan ini sangat dinamis, dan selalu berubah-ubah.
IEA - International Energy Agency, dan juga DOE (US) selalu merubah prediksi harganya, demikian juga Merryl Lunch yang dianggap guru dalam prediksi minyak pun selalu mengkoreksi prediksinya. Lihat gambar diatas bagaimana prediksi Melrrly Lynch berubah dalam waktu yang sangat cepat.
Ramalan Merryl Lynch pada bulan Juni masih memperkirakan tahun 2009 akan 107$ barel, dan ramalannya selalu berubah menurun hingga pada bulan Desember meramal tahun 2009 harga terendahnya hanya 25$/bbl. Kalau kita hanya ikut-ikutan memprediksikan harga tentusaja kita akan “terjebak” dalam permainan Merryl Lynch dalam mengantisipasi harga minyak dimasa mendatang.
Banyak perusahaan yang menggunakan kriterianya sendiri, demikian juga Indonesia memiliki prediksi harga migas dalam menyusun APBN. Namun harus dimengerti bahwa prediksi ini harus selalu diikuti dan bukan harga mati sepanjang satu proyek anggaran (APBN) yang sedang berjalan. Pelajaran yang penting dalam soal harga minyak ini adalah : ” Berapapun angka atau harga-nya, minyak bumi selalu mahal dan harus “diikuti” pergerakan-nya. Bagaimana dengan lapangan pekerjaan ?